BAB
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Semangat
menyala – nyala dari Spanyol dan Portugis untuk menjalankan imperialisme kuno
dengan semboyannya 3G yaitu Gold, Glory, Gospel. Kedua Negara ini kemudian
melakukan banyak ekspedisi dan pelayaran untuk menaklukkan wilayah Negara
lainnya.
Spanyol
melakukan dua kali ekspedisi, ekspedisi pertama pada 4 Maret 1517 menyusuri
Yukatan. Kemudian ekspedisi kedua dilakukan oleh Juan de Grijalva pada tahun
1518 yang menyusuri pantai timur meksiko sampai dekat Verakrus. Akan tetapi
kedua ekspedisi ini tidak memberikan perubahan terhadap Amerika Latin.
Ekspedisi yang memberikan pengaruh cukup besar adalah yang dilakukan olehe
keempat tokoh, yakni Hernando Cortes, Francisco Pizarro, Jimenez de Quesada dan
Pedro de Valdivia.
Walau
demikian, penjajah juga melakukan tindakan kejam terhadap Rakyat amerika Latin.
Penjajah bertindak semena – mena untuk dapat menguasai sumber ekonomi yang ada
di sana. Hal inilah yang nantinya menjad salah satu faktor munculnya perjuangan
kemerdekaan di Amerika Latin.
1.2. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang melatar belakangi munculnya perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin?
2. Bagaimana
perjuangan kemerdekaan yang dilakukan Amerika Latin?
3. Apa
hasil yang diperoleh dari perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui
latar belakang munculnya perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin
2. Mengetahui
proses perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin
3. Mengetahui
hasil perjuangn kemerdekaan di Amerika Latin
BAB
2. PEMBAHASAN
2.1. Latar
Belakang Munculnya Perjuangn Kemerdekaan di Amerika Latin
Semenjak
mendaratnya penjajah baik dari Portugis maupun Spanyol, rakyat Amerika Latin
merasa dirugikan. Karena penjajah hanya ingin menguasai sumber daya alam di
sana untuk nantinya dikirim ke Negara induk dalam menunjang perekonomiannya. Hak
azasi manusia saat itu tidaka lagi diperdulikan.hal inilah yang nantinya
memunculkan semangat perjuangan untuk mendapat kemerdekaan. Pada umumnya
penyebab munculnya perjuangan kemerdekaan ini ada dua macam faktor, yakni
faktor intern dan faktor ekstern.
1.
Faktor Intern
Faktor intern
artinya faktor yang berasal dari dalam kolonialisme sendiri. Pada saat masa
penjajahan berlaku sistem kolonialisme yang cukup menyiksa rakyat. Rakyat
pribumi diperlakukan tidak adil, yang terbukti dari pemerasan secara paksa yang
digunakan untuk kepentingan sistem merkantilisme ekomomi. Setiap rakyat dipaksa
untuk berja keras agar penjajah dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan
tanpa perlu bersusah payah ikut bekerja. Hak azasi manusia sudah tidak
diindahkan, justru diinjak – injak bahkan dianggap tidak ada hak untuk rakyat
jajahan. Menuntut pembayaran pajak yang cukup tinggi terhadap rakyat. Rayat
tidak diperkenankan untuk menikmati bangku pendidikan. Selain itu juga Spanyol
masih tetap menjalankan politik diskriminasi. Diskriminasi tersebut dilakukan
dengan tidak memberi kursi di pemerintahan bagi rakyat pribumi. Kemudian juga terjadi
percampuran kepentingan antara kepentingan Negara yang diwakili oleh para
pejabat administrasi kolonial, gereja, yang diwakili oleh para pendeta katolik,
dan tentara yang terdiri dari para petualang fisik. Pemerintah melakukan
persekongkolan dengan pendeta dan tentara tidak hanya dalam berperang, akan
tetapi juga dalam perdamaian. Tujuannya adalah membagi rata hasil yang
diperoleh terutama tentang kepemilikan tanah.
2. Faktor
Ekstern
Faktor ekstern
merupakan penyebab – penyebab yang berasal dari luar sistem kolonialisme itu
sendiri. Cara berfikir dan perjuangan rakyat Amerika Latin kala itu dipengaruhi
oleh komunikasi rakyat dengan dunia luar baik secara langsung maupun tidak
langsung. Komunikasi inilah yang menginspirasi rakyat pribumi untuk menemukan
gagasan baru dan cara – cara memeperjuangkan kemerdekaan. Kemudian faktor
lainnya adalah pendidikan, tak banyak rakyat yang dapat mengenyam pendidikan di
luar negeri. namun mereka yang berkesempatan akan memepelajari cara - cara yang
cukup baik untuk perjuangan kemerdekaan. Kemudian peristiwa – peristiwa penting
di dunia kala itu juga menjadi salah satu pendorong bagi rakyat untuk
memperjuangkan kemerdekaannya. Contoh saja peristiwa Revolusi Prancis yang
mendorong rakyat pribumi untuk merebut kembali kemerdekaan dari tangan Spanyol
dan Portugis. Revolusi ini merupakan lambang perjuangan rakyat melawan
kezaliman raja, dan sebagai motor penggerak revolusi – revolusi Amerika Latin.
Selanjutnya kesadaran politik semakin tergugah Kemudian serangan Napoleon atas Spanyol dan
Portugal memeberikan kesempatan yang baik bagi Amerika Latin untuk melepaskan
diri dari Negara induk.
Pada dasarnya sebelum tahun 1807 – 1808, rakyat daerah
jajahan sudah mulai melakukan serangan – serangan secara individual dengan
persenjataan dan biaya yang cukup serta tanpa ada organisasi. Akan tetapi
usahanya kali menghadapi jalan buntu. Para pemimpin serangan ditahan atau
dihukum mati.
Dalam tahun 1749, Juan Fransisco de Leon yang merupakan
orang kreol melakukan pemberontak terhadap tekanan ekonomi namun gagal. Begitu
pula dengan pemberontakan di Chili pada tahun 1776. Di Peru pada tahun
1780-1783 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang Indian yang dibantu
orang Kreol dan mestizo dibawah pimpinan Tupac Amaru II yang juga berujung
kegagalan.
Brasil memiliki strategi/taktik
tertentu dalam melakukan aksi penolakan terhadap penjajah yaitu dengan politis
dan terpendam dengan cara diskusi.yang berada di bawah pimpinan Joaquim Jose da
Silva Xavier. Namun, usahanya gagal sebab pemerintah telah mengetahui maksud
Joaquim yang ingin menuntut hak azasi manusia. Tahun 1792 dia dihukum mati,
maka gugurlah pahlawan kemerdekaan pertama Brasil.
2.2. Proses
Perjuangan Kemerdekaan
Setelah
mengalami kekalahan bertubi – tubi sebelum tahun 1807-1808, maka rakyat daerah
jajahan berusaha untuk memperbaiki strategi dan memperkuat pasukan dalam
melakukan serangan. Berikut perlawanan yang dilakukan oleh beberapa Negara di
Amerika Latin.
1. Espanola
(Haiti dan Republik Dominika)
Haiti
merupakan tonggak awal perjuangan kemerdekaan yang pertama kalinya berhsil pada
masa sebelum 1807 – 1808. Pemimpin pemberontakan tersebut adalah Piere
Dominique Tousaint l’ Ouverture. Tousaint memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 1 Juli 1801. Setelah proklamasi kemudian Tousaint mempersiapkan
pembentukan konstitusi pertama. Namun kemudian Napoleon mendengan berita
kemerdekaan Haiti ni. Napoleon geram dan kemudian mengirimkan tentara ke Haiti
untuk mengusik kemerdekaan Haiti. Hal ini dilakukannya karena Haiti merupakan
garis utama untuk mempertahankan daerah di amerika Serikat yang berhasil
direbutnya. yaitu Loussiana.
Tentara
kiriman Napoleon awalnya mengalami kekalahan, namun kemudian berhasil menagkap
dan Tousaint memenjarakannya di Prancis pada tahun 1802. Kemudian perjuangan di
Haiti dilanjutkan oleh Henri Christophe dan Jaques Dessalines. Kemerdekaan
kembali diproklamasikan pada 1 Januari 1804 dan kemudian mengganti nama dengan
Republik Haiti. Kemudian diangkatlah Dessalines sebagai Gubernur seumur hidup
dan menjadi Kaisar Jaques I. prancis baru mengakui kemerdekaan Republik Haiti
ini pada tahun 1825.
Untuk daerah
Espanola bagian timur, yang dikuasai kembali oleh Spanyol dalam tahun 1806
(setelah pernah direbut Prancis) memproklamisikan kemerdekaannya pada tahun
1821. Antara tahun 1822-1844 sempat dikuasai oleh Haiti. Namun pada tahun 1844
kembali merdeka dan mengganti nama dengan Republik Dominika.
2.
Venezuela
Perjuangan kemerdekaan di Venezuela
pertama kali dilakukan oleh Francisco Miranda yang telah mulai memberontak
melawan Spanyol pada tahun 1806. Francisco Miranda merupakan putera dari
keluarga kaya raya di Caracas (Venezuela) yang seorang bangsa Kreol.
Awalnya, Francisco Miranda mendapatkan
semangat atau fikiran untuk kemerdekaan tanah airnya adalah karena saat usia
mudanya ia sudah memasuki Angkatan Perang Spanyol, ia juga sering mengunjungi
Amerika Serikat (1783-1784) dimana disanalah dia banyak bertemu dengan pemimpin
revolusi Amerika Serikat.dari Amerika Serikat, ia pergi ke Perancis dan
memasukii Angkatan Perang Rebublik Perancis I. Sesudah berdinas beberapa tahun,
ia meminta berhenti dan kembali ke Amerika Latin untuk memerdekakan tanah
airnya. Francisco Miranda mempergunakan banyak tahun di Inggris dan Amerika
Serikat untuk mendapatkan bantuan dari William Pitt the Young (Inggris) dan
presiden Jefferson (USA) untuk memerdekaan negerinya. Ia banyak mendapat
bantual modal dan persenjataan Amerika Serikat dan Inggris.
Pada tahun 1806,
Francisco Miranda mendarat di Venezuela dengan sebuah ekspedisi kecil , dan
usahanya untuk menjatuhkan pemerintah kolonial
gagal, karena banyak rakyat yang tidak memberikan bantuan yang wajar. Ia
pun mengungsi ke Inggris. Pada tahun 1810, Spanyol sibuk memerangi Napoleon.
Miranda kembali lagi ke Venezuela pada tanggal 5 Juli 1811. Pada hati itu juga
dapatlah dibentuk suatu Kongres, yang kemudian menyatakan kemerdekaan Venezuela lepas dari Spanyol dan
pada tanggal 21 Desember 1811 disusun suatu konstitusi. Sebenarnya oerjuangan
Miranda sudah akn berhasil. Namun, pada tanggal 28 Maret 1812 kota Caracas
(wilayah yang dikuasai Francisco Miranda) diguncang dan dihancurkan oleh gempa
bumi yang hebat yang menelan korban
20.000 jiwa. Dua puluh ribu orang menjadi korban, pasukan Miranda merosot
serangan tempurnya karena banyak diantara korban tersebut adalah pasukan
Miranda. Hal ini dimanfaatkan oleh Kerajaan (royalis) Spanyol untuk menyerang
kembali Venezuela. Penyerangan ini berhasil dan Francisco Miranda berhasil
ditangkap dan dibuang ke Spanyol.
Francisco Miranda dipenjara di Spanyol, dan meninggal disana pada 14
Juli 1816. Mungkin ini merupakan satu-satunya contoh dalam sejarah dinia,
diaman suatau gerakan kemerdekaan digagalkan oelh bencana alam.
Pengganti-penganti Miranda pun
meneruskan perjuangan Miranda, salah satunya adalah Simon Bolivar (1783-1830).
Simon Bolivar adalah putera dari salah satu keluarga Aristokrat yang makmur dan menikmati pendidikan yang
baik sekali, baik dalam bidang sosial maupun bidang militer. Ia pernah
menjelajahi Eropa, dimana ia dapat menyaksikan akibat-akibat dari Revolusi
Perancis dan kekuasaan mutlak Kaisar Napoleon Bonaparte.
Melihat situasi yang belum matang,
Bolivar pergi ke Colombia (1812), dan bergabung dengan pasukan pejuang
kemerdekaan lain, dan sukses. Dalam tahun berikutnya, yaitu pada tanggal 15
Juli 1913 Simon Bolivar menyatakan “Perang sampai mati” pada Spanyol.
Kemudian, Simon Bolivar kembali ke
Venezuela dengan menjajahi Pegunungan Andes.
Dalam bulan Januari 1814, Republik Venezuela di proklamasikan dengan
Bolivar sebagai “ Libertador” nya atau “Pembebas” nya. Namun, pasukan-pasukan
Spanyol dapat mengkonsolidasikan kekuatan, mendobrak pertahan Bolivar. Ia pun
terpaksa lari ke Colombia, kemudian lari ke Jamaica, dan akhirnya ke Haiti.
Dari Haiti inilah disusun rencana penyerangan kembali ke Venezuela, dengan
bantuan Haiti secara penuh. Ia mneyerbu ke Venezuela tahun 1817 dan banyak
mengalami kesuksesan. Akhirnya, pada
tanggal 20 November 1818, di Angostura di proklamasikan lagi kemerdekaan Venezuela.
Perjuangan kemerdekaan berlangsung terus
kerena pasukan-pasukan Spanyol yang baru terus berdatangan dari Spanyol.
Di pihak lain,
tentara sewaan Inggris, yang diorganisasikan oleh patriot-patriot Venezuela di
Inggris, datang membantu Bolivar. Perjuangan selanjutnya adalah membebaskan
kembali Colombia. Dengan pasukan campuran itu, kedudukan Spanyol di Colombia
dikejutkan dengan serangan mendadak, yang dilakukan melalui Pegunungan Andes,
dengan adanya pertempuran di Boyaca (7 Agustus 1819) yang menghancurkan pasukan
kerajaan. Bogota pun berhasil direbut pada tanggal 10 Agustus 1819 dan
diproklamasikannlah Republik Colombia. Selanjutnya, pada tanggal 17 Desember
1819 disusun konstitusi dari “Republik Colombia Serikat” yang mencakup Colombia
dan Venezuela. Bolivar kemudian diangkat menjadi Presidennya.
Pertempuran yang terakhir adalah dengan
pasukan Kerajaan Spanyol yang terjadi di Carabobo Venezuela, yang merupakan
kemenangan mutlak dari Bolivar. Pada tanggal 30 Agustus 1821 dibentuk
pemerintahan baru yang mempersatukan kedua negara tadi, dengan Bolivar tetap
sebagai Presidennya. Tujuan perjuangan selanjutnya adalah Ecuador.
3. Ecuador
Berkali
– kali telah dilakukan pemberontakan untuk mendapatkan kebebasan dari para
penjajah yakni pada tahun 1809 – 1810 yang berujung kegagalan. Selanjutnya
Jendral Antonio Jose de Sucre pada bulan Mei 1821 mencapai Guayaquil / Ecuador berkat gabungan antara
pasukan Colombia dan Venezuela. Sucre adalah pembantu Boliviar. Pada 24 Mei
1822 terjadi pertempuran Pichincha. Dalam pertempuran ini pasukan kerajaan
dapat dikalahkan dengan bantuan sebanyak 1200 orang yang dikirimkan oleh oleh
San Martin dari Peru. Boliviar kemudian menuju ke Ecuador dan ingin membentuk
Republik Colombia disana yang terdiri dari Colombia, Venezuela, dan Ecuador.
Kemudian di Guayaquil itulah terjadi perundingan antara Boliviar dan San Martin
untuk membicarakan gerakan kemerdekaan di Amerika Latin.
Akan
tetapi selanjutnya San Martin ternyata tidak meneruskan perjuangannya. Ia
kembali ke Lima/Peru, kemudian menuju Santiago/Chili, lalu ke Buenos/Aires
Argentina, terakhir ke Prancis. Di sanalah ia meninggal pada 1850 tepatnya di
Boulgne. Kemungkinannya, San Martin tidak suka berpolitik dan berpaham moderat.
Berbeda dengan Boliviar yang lebih Revolusioner, dan menyukai bentuk Republik
serta perjuangan fisik untuk melawan Spanyol.
4. Argentina
Sementara Simon Bolivar sibuk mengurusi
perang kemerdekaan di kawasan Amerika Selatan bagian utara, muncul Liberator
lain di kawasan Amerika Selatan bagian selatan. Liberator tersebut adalah
Jendral Jose de San Martin (1778-1850) yang memimpin perang kemerdekaan di
Amerika selatan bagian selatan, yaitu daerah-daerah La Plata.
San Martin adalah putera termuda seorang
kapten Argentina. Ia mendapat pendidikan militer di Spanyol dan juga pernah
berperang melawan Perancis-Napoleon. Mendengar akan adanya perang di Amerika
Latin, ia meminta keluar dari ketentaraan Spanyol dan pulang kembalai ke
Argentina. Rakyat Argentina pun menyambut
kedatangan San Martin ini dengan hangat, karena mereka sangat membutuhkan
seorang Jendral yang gemilang untuk
memimpin kemerdekaan rakyat Argentina.
Penyerangan
Inggris terhadap Buenos Aires (1806 dan 1807) memberikan semangat pada
orang-orang Kreol untuk memberontak untuk melawan Spanyol. Semangat tersebut terealisasikan pada tanggal
20 Mei 1810, yaitu Manuel Belgrano yang menuntut agar Raja Muda (Viceroy) yang
menguasai Argentina ketika itu turun tahta. Spanyol ingin kompromi, tetapi
akhirnya menyerah setelah pada tanggal 25 Mei 1810 orang-orang yang melakukan
pemberontakan tersebut memaksa untuk dihapuskannya sistem pemerintahan oleh
Raja Muda (Viceroyalty), sebagai lambang pemerintahan kolonial Spanyol. Suatu
Dewan Pmerintahan tertinggi pun dibentuk, yang memerintah atas nama Ferdinand
VII. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Argentina sudah memisahkan diri dari
kekuasaan Spanyol sejak mereka membentuk
pemerintahan sendiri ini di Buenos Aires pada tanggal 25 Mei 1810.
Nampak ada dua aliran politik. Yaitu para
rakyat yang masih menginginkan sistem monarki yang demokratis, dan rakyat yang
menginginkan kemerdekaan penuh dalam bentuk republik, dan republiklah yang
akhirnya dipilih menjadi bentuk negara Argentina. Dengan kemenangan ini,
perjuangan selanjutnya ditujukan untuk membantu daerah-daerah lain, yakni
Chili, Praguay, dan Uruguay. Dibawah
pimpinan Jendral San Mrtin, tentara Argentina mengalahkan tentara Spanyol pada
tanggal 9 Juli 1816. San Martin pun memproklamirkan kemerdekaan Argentina di
Tucuman, Argentina.
5. Chili
Setelah merdekanya Argentina, muncul
kekhawatiran pada San Martin sebagai seorang ahli strategi yang mengetahui
benar, bahwa tentara Spanyol yang berada di Peru merupakan suatu bahaya laten bagi Argentina,
oleh karena itu San Martin berusaha untuk memerdekakan Peru dan Chili. Karena adanya alasan ini,
negara yang menjadi tujuan utama setelah memerdekakan Argentina adalah Chili.
Chili dan Peru adalah kedua negara yang sama-sama diincar untuk dimerdekakan
atas Spanyol demi keamanan Argentina.
Tokoh perjuangan Chili yang kemudian
juga memerdekakan Peru adalah Jose de San Martin seorang militer, seorang ahli
strategi, dan tidak menyukai politik, serta pernah berdinas lama dalam pasukan
darat dan laut Spanyol. Dalam perjuangannya di Chili, San Martin dibantu oleh
seorang Kreol bernama Bernardo O’Higgins, putera salah seorang gubernur asal
Irlandia, di Chili. Bernardo O’Higgins juga pimpinan dari para tentara
sukarelawan dari USA dan Inggris serta para
pengungsi dari Chili.
Mula-mula, Bernardo O’Higgins meminta
bantuan Argentina dengan meminta pangkalan di Argentina Barat, yang akan
dipergunakan sebagai pusat latihan dan pusat persiapan menyerang Chili dari
timur Pegunungan Andes. Maksudnya adalah agar setelah Chili jatuh, Peru dapat
diserang dari laut.
Dalam bulan
Januari 1817, San Martin melewati pegunungan Andes “sama seperti Hanibal atau
Napoleon yang melintasi pegunungan Alp”. Proses penyerangan ini, dipersiapkan
dengan matang yaitu melalui persiapan darat dan laut selama dua tahun (1814-1816).
Penyerangan yang dilakukan melalui jalur Pegunungan Andes ini dengan tujuan
untuk bergerak menyerang Chili dan memerdekakaknya dari kekuasaan Spanyol.
Dalam peristiwa penyerangan San Martin dan kawan-kawannya ini dinamakan sebagai
Pertempuran Chacabuco. Dalam pertempuran ini, pasukan Spanyol di Chili berhasil
dikalahkan dengan mutlak pada 2 Februari 1817. Kemenangan gemilang ini juga
berkat bantuan dari Bernardo O’Higgins, “The Hero of Chili”. Penyerangan ini
berhasil mendapatkan ibukota Chili (Santiago) yang dapat diduduki. Kemerdekaan
Chili pun diproklamirkan pada 2 Februari 1817. San Martin ditawari jabatan
sebagai Kepala Pemerintahan di Chili, namun karena menyadari dirinya adalah
seorang prajurit yang lebih suka di medan perang, tawaran tersebut diberikan
kepada Bernardo O’Higgins, seorang tokoh pejuang yang telah banyak membantunya
dalam memerdekakan Chili. Bernardo O’Higgins pun menjadi presiden pertama Chili
yang kemudian melanjutkan perjuangan untuk memerdekaan Peru.
6. Peru
Gerakan
kemerdekaan di Peru terinspirasi oleh Jose dde la Riva Aguero. Pemberontakan
dimulai dari tahun 1808 hingga 1813, namun gagal.selanjutnya dilakukan kembali
pertempuran dengan bantuan dari orang Indian yakni pada tahun 1814 – 1815 yang
juga gagal. Hal ini disebabkan karena kedudukan Spanyol di daerah tersebut
cukup kuat. Hal ini dipahami San Martin yang selanjutnya menyerang Peru lewat
jalur laut. Dalam penyerangan ini mendapat bantuan dari pasukan O’Higgins di
Chili.
Pada
tanggal 20 Agustus 1820, ekspedisipun dimulai. San Martin berangkat dengan
Thomas Cochrane seorang opsir Inggris yang kecewa terhadap pemerintahnya. dalam
ekspedisi ini awalnya dilakukandengan jalan diplomasi, namun gagal, maka
dilakukanlah jalur peperangan pada tanggal 9 Juli 1821 dan berhasilah penguasaan
Terhadap Peru. Namun muncul Boliviar dan Sucre yang berhasil membebaskan Peru
dalam Pertempuran Junin pada 6 Agustus 1824 dan Pertempuran Ayacucho pada 9
Desember 1824.
7. Bolivia
Dulunya bernama
Peru Atas (Upper Peru), pernah melakukan pemerontakan pada tahun 1808, 1810,
dan 1815, namun mengalami kegagalan. Tak sampai disitu, Bolivia kembali
melakukan dua ekspedisi yakni di tahun 1822 – 1823, akan tetapi baru mendapat
keberhasilan pada tanggal 5 Januari 1825. Kemudian Boliviar mengumumkan kemerdekaanya
di La Paz. Saat itu pula pasukan terakhir Spanyol menyerah tanggal 1 April.
Untuk itu kemudian Boliviar diangkat sebagai “Bapak Peru Atas”. Kemudian
sebagai penghargaan atas jasanya digantilah nama Negara ini menjadi Bolivia
pada tanggal 25 Agustus 1825.
8. Paraguay
dan Uruguay
Paraguay mencapai kemerdekaannya tanpa
banyak mengalami kesulitan dalam perjuangan. Paraguay merdeka pada tahun 1816
denga ibukota Asuncion yang dimerdekakan oleh pemimpin yang dikenal sebagai
orang yang diktator yairu Dr. Jose Gaspar Rodriguez.
Proses pencapaian kemerdekaan di
Uruguay terlebih dahulu berjuang melawan
Spanyol dan kemudian juga mencegah pencaplokan oleh Brazil dan Argentina.
Uruguaymerdeka pada tahun1816 dengan tokoh kemerdekaan Jose de Artigas dengan
ibukotaMontevideo.
9. Brasil
Ratu
maria dan keluarganya melarikan diri dari Portugal menuju ke Brasil dan
bertempat tinggal di Bahia. Selanjutnya merka pindah ke Rio de Janeiro. Di
sinilah kemudian terjadi pembangunan daerah di bidang kesehatan rakyat,
pendidikan, perbankan, jalan dan park, gedung – gedung serta lain sebagainya.
Pada tahun 1816 Ratu Maria meninggal dan digantikan oleh Regent John sebagai
John VI. Kemudian muncullah pemberontakan oleh rakyat Pernambuco pada Maret
1817, namun gagal. Akibat dari perubahan – perubahan tidak terjadi secara
revolusioner, rakyatpun mendesak John VI untuk kembali ke Eropa pada 26 April
1821. Namun pedro anka dari Raja John tidak mau kembali ke Eropa.
Kemudian
melalui parlemer (disebut Cortes) untuk mendepak dan mengurangi kekuasaannya.
Kemudian muncul Dom Pedro yang menjadi pemimpin gerakan untuk melawan Pedro.
Dom kemudian mengumumkan semboyan “Grito do Ypiranga” atau “Pekik dari
Ypiranga” yaitu “Merdeka atau Mati” pada tanggal 7 September 1822. Untuk itu
kemudian Dom Pedro dinobatkan sebagai Kaisar Konstitusional Brasil berkedudukan
di Rio de Janeiro walaupun konstitusinya sendiri baru ada pada tahun 1824.
10. Meksiko
Perjuangan kemerdekaan di Meksiko
memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi negara-negara di Amerika Tengah.
Sama seperti halnya dengan perjuangan kemerdekaan di Venezuela dan Argentina
yang menjadi motivator
bagai negara-negara lain di Amerika Selatan.
Pendaratan Hernando Cortes pada tahun
1519, menandai dimulainya perintisan zaman penjajahan Spanyol di Meksiko. Penjajahan ini
berlangsung antara tahun 1521-1815. Api Pemberontakan di Meksiko mulai
dinyalakan di Guanajuato/ Meksiko pada malam tanggal 15 September 1810.
Pada tengah malam tanggal 15 September
1810, Miquel Hidalgo y Costilla seorang pastor Paroki Dolores (Mexico City)
yang revolusioner, pada malam itu memeulai perjuangan menumpas kekuasaan
Spanyol dengan suatu pekik kemerdekaan yang disebut “Grito” yang memekikkan
“Death to the Spanish – Born, Long Live Our Lady Guadalupe”. Tengah malam itu,
Peter Miquel Hidalgo membunyikan lonceng gereja. Umatnya yang mendengar lonceng
pada tengah malam itu bergegas ke gereja dan dihadapan umatnya itu Pastor
Hidalgo menyerukan “Grito” : “Hiduplah Bunda kita dari Goudalope! Matilah
Pemerintah yang jahat! Matilah orang-orang Spanyol”. Pekikan suara kemerdekaan
ini di pekikkan di Gerja Dolores/Guanajuato, sehingga disebut huga sebagai
“Grito de Dolores”.
Seruan ini (Cry of Dolores) adalah tanda
dimulainya perjeangan kemerdekaan rakyat Meksiko terhadap pemerintahan Spanyol.
Pastor Miquel
Hidalgo membawa banyak semangat bagi rakyat Spanyol untuk melakukan
pemberontakan kepada pemerintahan kolonial Spanyol. Salah satu wujudnya sebagai
motivator adalah Hidalgo terkenal dengan dekritnya untuk mengahpuskan sistem
perbudakan bagi rakyat Meksiko (19 Oktober 1810). Karena pergerakan perjuangan
yang dinilai membahayakan kedudukan pemerintah kolonial Spanyol di Meksiko,
Pastor Miquel Hidalgo dianggap bersalah oleh pemerintah Spanyol, sehingga harus
ditangkap dan ditembak mati di daerah Chihuahua oleh tentara Spanyol karena
menurut orang Spannyol, Hidalgo dianggap sebagai pemberontak, tetapi oleh orang
Meksiko dianggap sebagai pahlawan, sehingga orang-orang Meksiko menamakannya
“Bapak Kemerdekaan Mexico.” (Father of Mexican Independence).
Sepeninggal pastor Miquel Hidalgo,
mulcul para pemimpin-pemimpin patriotik lainnya yang meneruskan perjuangan ini,
antara lain : Peter Jose Maria Morelos, seorang pendeta terkenal, negarawan,
dan juga seorang ahli strategi. Namun, sama seperti pendahulunya, yiatu
Hidalgo Morelos juga ditangkap dan
ditembak mati oleh pemerintah Spanyol di San Cristobal Ecatetec (22 Desember
1815). Perjuangannya ini kemudian dilanjtkan lagi oleh pasukan komandan patriot
Meksiko untuk sektor selatan, yaitu Jendral Vicente Guererro, Goudallope
Victoria (nama aslinya adalah: Manuel Felix Fernandes) dan juga oleh Kolonel
Agustin de Iturbide, seorang opsir pasukan Spanyol yang ditugaskan untuk
menangkap Guererro berbalik haluan, yaitu dengan bergabung dengan pasukan
Meksiko yang saat itu dipimpin sendiri oleh Jendral Guererro. Bersama
Guererro, Kolonel Agustin de
Iturbide membuat Rencana Iguala, yang
antara lain memuat rencana kemerdekaan
Meksiko, yaitu pembentukan suatu monarkhi yang bebas dari kekuasaan
Spanyol. Dalam Rencana ini pula ditetapkan bentuk dan warna bendera Nasional
Meksiko yang pertama kalinya, berwarna : hijau, putih dan merah, tetapi belum
disertai lambang Garuda dau ular seperti yang ad sekarang.
Pada akhirnya, semakin banyak
perlawanan-perlawanan dari rakyat Meksiko yang menentang orang-orang Spanyol
yang membuat kekuatan Spanyol makin surut pada tanggal 24 Agustus 1821.
Sehingga, Mexico pun dapat merebut kembali kemerdekaannya selama 11 tahun. Raja
Muda Spanyol yang terakhir untuk Meksiko adalah Juan O’Donoju, yang dipaksa
oleh para pejuang Meksiko untuk menandatangani Rencana Iguala. Perjanjian
perdamaian pun dilakukan antara Presiden terakhir Spanyol di Meksiko dengan
Jendral Iturbide. Pasukan-pasukan Spanyol terakhir meninggalkan Meksiko pada
tanggal 27 September 1821 dan pada hari itu juga Iturbide dengan pasukannya
memesuki kota Meksiko.
Selanjutnya,
pada tanggal 19 Mei 1822
Jendral Iturbide membentuk pemerintahan dengan dia sendiri sebagai Kaisar
Agustin I. Bentuk pemerintahannya adalah kekaisaran. Namun, pemerintahnnya
berlangsung tidak sampai satu tahun, sebab para Jendral dan rakyat Meksiko
lebih menginginkan bentuk Negara Republik. Hal ini melatarbelakangi timbulnya
Revolusi yang membuat pemerintahan Kaisar Agustin I yang mengakhiri masa
pemerintahnnya. Dalam bulan Maret 1823 dibentuklah Negara Republik pada negara
Meksiko dengan Jendral Guadalope Victoria sebagai presiden pertama dari Meksiko
(1824-1829).
Jendral Itrubide dibuang ke Eropa pada
tahun 1823. Namun, pada tahun berikutnya, 1824, ia kembali ke Meksiko untuk
membentuk kembali Kekaisaran di Meksiko,tetapi dapat ditangkap sesaat setelah
ia mendarat di Meksiko. Ia pun dihukum mati dan exekusi itu dilaksanakan pada
tanggal 20 Juli 1824 di Padilla, sebuah kota kecil di Meksiko.
11. El
Savador
Terinspirasi dari perjuangan M. Hidalgo
pada tahun 1810, maka di El Savador muncul pemimpin pergerakan yaitu Jose
Matias Delgado seorang pendeta dan ahli hukum yang juga dikenal sebagai “Bapak
dari Tanah Air Amerika Tengah” bersama-sama dengan Manuel Jose Arce mengadakan
pemberontakan untuk menuntut kemerdekaan terhadap Spanyol (1811-1814).
Pada tahun 1811, J.M. Delgado memimpin
pemberontakan, yang diikuti juga oleh
Nicaragua. Kemerdekaan El Savador diproklamasikan, tetapi pasukan-pasukan
Spanyol cepat didatangkan dari Guatemala dan pemberontakan-pemberontakan pun
dapat ditumpas. Delgado pun dipenjarakan di Guatemala.
Satu tahun
setelah pemenjaraan Delgado, datang berita dari Spanyol bahwa di Spanyol
terbentuk konstitusi baru yang lebih demokratis (1812). Adanya berita ini
membuat rakyat jajahan Spanyol di Amerika Tengah merasa puas dan ingin
mengambil prinsip-prinsipnya sendiri dalam rangka menyusun
pemerintahan-pemerintahan di Amerika Tengah yang akan datang, tetapi dalam
lingkungan imperium Spanyol. Tetapi serentak juag datang kabar lain tentang
pemulihan tahta Ferdinand VII (1814), harapan rakyat Ameika Tengah untuk adanya
pembaharuan pun bubar sama sekali. Kembali mereka pun menyusun kekeuatan fisik
untuk merebut kemerdekaan melalui pemberontakan.
Ketika Delgado keluar dari penjara, ia
meneruskan perjuangannya yang semula yaitu menuntut kemerdekaan dari Spanyol.
Tetapi pada waktu itu timbul aliran politik lain yang lebih moderat, dibawah
pimpinan Jose Cecilio del Valle. Delgado tetap menuntut kemerdekaan langsung
dari Spanyol dengan segera, sedangkan Valle masih memperhitungkan waktu dan
persiapan yang lebih matang.
El Savador merupakan salah satu negara yang tergabung
dalam Captaincy of Guetemala yang terdiri dari negara-negara : Guetemala,
Honduras, El Savador, Nikaragoa, dan Costarica. Kelima negara ini kemudian
membentuk suatu konfederasi yang dinamakan “United Provinces Of Central
America”.
El Savador memproklamasikan bersamaan
dengan kemerdekaan di Amerika Tengah, yaitu pada tanggal 15 September 1821.
12. Guatemala
Perjuangan kemerdekaan di Meksiko
menggugah semangat dari negara-negara lain di kawasan Amerika Tengah. Semangat
ini terpacu pada Rencana Iguala dari Jendral Iturbide (1821). Hal ini membuat
orang-orang Kreol di Guetemala segera bergerak.
Pada tahun 1821, Rakyat Amerika Tengah
bangun untuk memberontak kembali dibawah pimpinan Pastor Jose Simon Canas,
Pastor dari Guetemala City.
Pada tanggal 15 September 1821 di kota Guetemala,
diproklamasikan kemerdekaan Guatemala, dengan masih mempergunakan konstitusi
Spanyol tahun 1820 sebagai dasar negara dan pemerintahan. Perancangnya adalah
Cecilio del Valle. Pastor Jose Simon Canas, Pastor dari Guetemala City akhirnya
menyatakan kemerdekaan Amerika Tengah di Guetemala City pada tanggal 15
September 1821.
Setelah
proklamasi kemerdekaan, para patriot berselisih tentang bentuk negara. Golongan
liberal menghendaki bentuk Republik, sedangkan golongan Konservatif
menginginkan bentuk kekaisaran mengikuti contoh yang diberikan Jendral Iturbide
di Meksiko. Ditengah-tengah perselisihan ini, Jendral Iturbide menyerang
Amerika Tengah, dan ia pun dapat mengalahkan Amerika Tengah. Sehingga, karena
kekalahan Amerika Tengah ini, Amerika Tengah kemudian masuk menjadi bagian dari
kekuasaan Kekaisaran Meksiko. Tetapi pernyataan ini tidak bertahan lama, sebab
Jendral Iturbide diturunkan dari tahta. Amerika Tengah pun memisahkan diri lagi
pada tanggal 1 Juli 1823.
Pada tanggal 1 Juli inilah di
proklamasikan kemerdekaan Amerika Tengah dalam bentuk “The United Provinces of
Central America” yang terdiri dari lima provinsi bekas daerah jajahan Spanyol,
yakni Guatemala, El Savador, Honduras, Nicaragua, dan Costarica.
13. Kuba
Daerah
koloni Spanyol terakhir di amerika Latin yang masih harus merebut
kemerdekaannya adalah Cuba, “Mutiara Dari Pulai Antillen” (the pearl of the
Antillles). Hal ini bkan berarti rakyat Kuba tidak ingin terbebas dari para
penjajah. Namun mereka telah melakukan usaha – usaha pemberontakan pada
tahun1826 – 1868 akan tetapi selalu mengalami kegagalan. Untuk melakukan pemberontakan
ini Amerika Serikat memberikan kontribusi yang cukup besar dari segi
pembiayaan, perlengkapan, persenjataan, dan fasilitas penggunaan wilayahnya.
Pemimpin pemberontakan yang menggunakan taktik perlawanan terbuka ini
diantaranya adalah jenderal Narciso Lopez (dari Venezuela), Joaquin de Aguero,
dan Ramon Pinto.
Pada
tahun 1868 – 1878 di kuba terjadi Perang Sepuluh Tahun yang merupakan
pemberontakan rakyat Kuba terhadap Spanyol. Perang ini dilakukan ketika Ratu
Elizabeth II turun tahta. Pemimpin Kuba saat itu diantaranya adalah Carlos
Manuel de Cespedes, Fransisco Aguliera, Maximo Gomes, dan Jenderal Ramon
Balanco. Ketika itu pemerintah Spanyol menjanjikan kemerdekaan kepada Kuba,
maka rakyat Kuba meletakkan senjata. Syangnya, janji Spanyol tak kunjung
ditepati.
Akibat dari
perlawanan ini semangat revolusi rakyat Kuba semakin meluap, banyak yang
melarikan diri ke Amerika Serikat. Amerika Serikat melihat kekalahan Kuba juga
menjadi semakin benci kepada Spanyol. Untuk itu kemudian terjadilah Revolusi
1895 yang terorganisirkan untuk melawan Spanyol. Kemudian muncul tokoh Jose
Marti yang merupakan seorang penyair yang menjadi Pahlawan kemerdekaan Amerika
Latin.
Dampak
dari adanya Revolusi ini adalah adanya intervensi langsung dari Amerika Serikat
terhadap Kuba, karena banyak penduduk Amerika Serikat di Kuba yang menjadi
korban. Selain itu, maksud Amerika Serikat membantu Kuba atas dasar berikut :
1) Menyatakan
simpati terhadap perjuangan rakyat Kuba
2) Melindungi
kepentingan ekonominya di Kuba, antara lain perkebunan tembakau, perkebunan
tebu, dan perkebunan buah – buahan.
3) Menghukum
Spanyol, akibat hancurnya kapal perang Amerika Serikat Maine pada tanggal 15
Februari 1898 di pelabuhan Havana, sehingga Spanyollah yang harus bertanggung
jawab.
Selanjutnya
Amerika Serikat menyatakan bahwa Kuba berhak untuk merdeka. Untuk itu segera
Spanyol menyatakan perang terhadap amerika Serikat pada tanggal 24 April 1898
dan dibalas dengan tindakan yang sama di keesokan harinya, maka terjadilah
perang resmi diantara keduanya. Amerika Serikat dengan mudah mengalahkan
tentara Spanyol di Kuba, Puerto Rico, dan Philipina. Akibatnya Kuba dikuasai
oleh Amerika Serikat pada 1 Januari 1899.
Dalam
pendudukan ini terdapat beberapa ketentuan resmi yakni Guantanamo Bay, Bahia
Honda, dan lain – lain disewagunakan kepada Amerika Serikat. Pda tanggal 20 Mei
1902, Thomas Estrada Palma diangkat sebagai Presiden pertama Republik Kuba dan
penguasa militer Amerika Serikat menyerahkan kekuasaan pemerintah kepadanya.
Walaupun
telah merdeka, rakyat Kuba seolah – olah “lepas dari mulut harimau masuk dalm
mulut buaya” sebab :
1) Amerika
Serikat mendektekan Amandemen Platt atas konstitusi Kuba yang baru di batalkan
dlam tahun 1934
2) Amerika
Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan Laut di Teluk Guantanamo (Kuba).
14. Puerto
Rico
Dalam
perdamaian Paris tanggal 10 Desember 1898, Kuba dinyatakan merdeka, sedangkan
Puerto Rico, Philipina dan pulau Guam dijadikan Koloni Amerika Serikat.
2.3. Hasil
Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin
Perjuangan suatu bangsa dalam mencapai
kemerdekaan negaranya dari bangsa kolonial sudah pasti menimbulkan berbagai
dampak atau hasil dalam berbagai bidang kehidupan di negara yang dijajah dan
bagi negara yang menjajah. Hal ini dapat disadari karena memang suatu
penjajahan dalam suatu negara sangat mempengaruhi berbagai sendi kehidupan,
yang secara pasti tentu banyak merugikan bagi bangsa yang terjajah dan
menguntungkan bangsa yang menjajah. Karena merugikan bagi bangsa yang dijajah,
sehingga menimbulkan banyk pergolakan atau pergerakan bangsa yang terjajah
untuk mendapatkan kemerdekaan dari bangsa yang menjajah. Pergerakan tersebut
dapat dibilang sebagai pergerakan kemerdekaan dengan menggunakan berbagai
cara-cara tersendiri seperti perang ataupun gerakan lain yang dilakukan demi tercapainya
suatu kemerdekaan.
Berikut hasil yang didapatkan dari
adanya pergerakan kemerdekaan di Amerika Latin, yaitu :
1. Bidang
Politik
Banyaknya
pergerakan kemerdekaan yang dilakukan di berbagai negara di Amerika Latin yang
ingin terbebas dari penjajah Spanyol dan Portugis yang menjajah negara-negara
di Amerika latin memiliki satu tujuan yang sama yaitu merdeka. Negara-negara di
Amerika Latin melakukan berbagai banyak cara untuk memerdekakan negaranya.
Perjuangan ini tidak dilakukan dalam waktu yang singkat dan telah banyak
menimbulkan kerugian bagi bangsa yang melakukan pemberontakan itu sendiri.
Namun, hal ini tidak terasa ketika hasil fundamental pertama yang dicapai
adalah sudah pasti dalam bidang politis yaitu dicapainya Kemerdekaan.
Selain
itu, secara fisis berati hasil yang dicapai bagi negara yang melakukan
pergerakan kemerdekaan adalah dapat tertranslasikannya wilayah jajahan menjadi
teritor nasional negara-negara yang dijajah.
Namun,
pada umumnya kondisi-kondisi dinegara yang baru saja merebut kemerdekaan dari
penjajah adalah sangat menyedihkan. Hal ini juga berlaku bagi negara-negara
dihampir seluruh negara baru merdeka di Amerika Latin. Terbukti denagn
pengalaman berpolitik yang belum ada, karena kegiatan berpolitik bagi
negara-negara yang dijajah ini adalah baru dimulai pada saat masa perang
kemerdekaan itu juga. Ditambah lagi dengan timbulnya perbedaan pendapat secara
prinsipal mengenai arah dan tujuan pada saat mencetusnya perang.
Mengenai
bentuk pemerintahan, pada negara-negara yang baru merdeka adalah banyak yang
memiluh bentuk Republik, kecuali Brazil, Meksiko (awal merdeka berbentuk
kekaisaran, namun kemudian berganti menjadi Republik), dan Haiti. Namun,
pemilihan bentuk pemerintahan Republik tidak selalu mulus, karena masih sering
terjadi banyak pertentangan antara bentuk pemerintahan mana yang lebih baik,
monarkhi atau republik. Hal ini pernah dipertentangkan secara fundamental oleh
tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan, seperti halnya : San Martin, Simon Bolivar,
Bel Grano, Rivadavia, Sucre, Pueyrredon,dan Lucas Aleman.
2. Bidang
Sosial
Secara
mental spiritual, kesadaran akan pengabdian dan kecintaan tanah air
(patriotisme) mulai muncul pada jiwa rakyat dari bangsa-bangsa yang terjajah.
Hal ini lambat laun mengubah dirinya menjadi suatu faham akan pentingnya
nilai-nilai nasional sebagai landasan terpokok dalam kehidupan berpemerintahan
sendiri (nasinalisme). Kepercayaan terhadap diri masing-masing bangsa makin
tebal dan kepercayaan ini menyebar pula dalam kebudayaan, baik kebudayaan
material maupun kebudayaan spiritual.
Hasil pergerakan
kemerdekaan di Amerika Latin dalam bidang sosial dapat dilihat pada masyarakat
Amerika Latin yang baru saja merdeka memiliki corak feodal dan aristokrat yang
menyebabkan timbulnya klas-klas baru dalam masyarakat, yaitu :
a. Klas
Atas
Terdiri
dari tuan-tuan tanah besar dan bangsawan gereja yang umumnya adalah orang-orang
Spanyol.
b. Klas
Menengah
Terdiri
dari golongan industralis dan pedagang.
c. Klas
Rendah
Terdiri
dari golongan rakyat miskin, petani, penggarap tanah, pekerja/buruh kecil yang
umumnya adalah orang-orang Indian.
d. Klas
baru
Klas
baru ini adalah Klas yang terdiri dari dari orang-orang militer atau Caudillo
yang mersa telah berjasa dalam perang-perang kemerdekaan dan menganggap dirinya
juga penting dalam masa berikutnya. Kals inilah yang kemudian berkembang
menjadi klas militer, yang merintis sistem kediktatoran militer atau
Caudillismo di Amerika Latin, sehingga akhirnya banyak negara di Amerika Latin
yang tebiasakan denga junta-junta militer.
3. Bidang
Kebudayaan
Masyarakat
Amerika Latin yang baru (setelah dicapainya kemerdekaan) mulai menggali lagi
nilai-nilai kebudayaan lama yang hampir punah karena penjajahan Spanyol dan
Portugal, yang sketika itu disesuaikan dengan nilai-nilai modern yang
disesuaikan perkembangan zaman. Meskipun pada kenyataannya, hal ini tidak
semulus yang diharapkan karena masalah budaya adalah masalah yang sensitive
bagi rakyat pada umumnya yang menimbulkan terjadinya pertentangan-pertentangan
antara harapan dan kenyataan, antara idealisme dan realisme, antara cita-cita
dan kemampuan.
Hal ini terjadi
karena selama tiga abad negatra yang terjajah mengalami keterbelakangan dari
negara-negara lain yang tidak mungkin dapat diselasikan dalam waktu singkat
mengingat kemampuan-kemampuan manusianya yang terbatas.
4. Bidang
Ekonomi
Dalam
bidang ekonomi bagi negara-negara di Amerika Latin yang baru saja mengalami
kemerdekaan adalah tidak memiliki pengalaman ekonomi yang banyak, sehingga
memaksa negara-negara di Amerika Latin untuk mengikat pakta-pakta perdagangan
dengan Inggris dan Amerika Serikat, untuk memulihkan kembali potensi
ekonomi-perdagangan (terutama pertambangan), yang banyak mengalami kerusakan
pada masa perjuangan kemerdekaan.
5. Bidang
Pendidikan
Kondisi
pendidikan rakyat di Amerika Latin setelah perjuangan kemerdekaan adalah rakyat
tetap terbelakang dan buta huruf. Untuk mengatasi kesulitan ini diusahakan
segera pendirian sekolah-sekolah, namun sayangnya hampir setiap pemerintahan
baru di Amerika Latin ketika itu adalah terbentur pada soal biaya.
Pendidikan
masih bersifat klasikal dan humanistis. Sistem-sistem Inggris dan Amerika
Serikat berangsur-angsur mulai mengantikan sistem Spanyol dan Portugis yang
sebelumnya dianut di Amerika Latin. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi masih
diusahakan oleh golongan gereja, seperti halnya :
a. Chuquisaca
di Bolivia
b. San
Marcos di Peru
c. Santa
Fede Bogota di Colombia Raya
d. Cordoba
di Argentina
e. Santiago
di Chili
Selain itu, di Amerika Latin juga memiliki tokoh pemikir yang terkenal seperti :
a. Jose
Bonifacio de Andrada e Silva (1765-1838)
b. Andreas
Bello (1781-1865). Seorang pemikir dari Brazil yang juga seorang ahli hukum ,
penulis, dan pendidik di Chili.
c. Lucas Alaman
(1792-1853). Seorang negarawan dan ahli sejarah Meksiko.
d. Antonio
Jose Irisarri (1786-1868) seorang ahli filologi, penulis dan penyair kelahiran
Amerika Tengah.
e. Jose
Joaquin Olmedo (1780-1847) yaitu seorang penyair Ecuaddor.
6. Bidang
Keagamaan
Rakyat
Amerika Latin tetap memeluk agama katolik Roma, sedangkan untuk golongan suku
Indian, Negro, Meztizo, dan Mulatto adalah percampuran antara Katolisisme,
penyembahan berhala, dan kepercayaan-kepercayaan tradisional.
7. Masalah
Kepemilikan Tanah
Masalah
kepemilikan tanah adalah salah satu hasil dari pergerakan kemerdekaan
negara-negara di Amerika Latin. Hal ini dikarenakan masalah kepemilikan tanah selalu merupakan
masalah pokok dalam mencapai keadilan sosial di Amerika Latin. Hal ini sudah berlangsung sejak zaman
penjajahan Spanyol / Portugal di kawasan Amerika Latin yang melakukan
praktek-praktek oligarkhi dan nepotisme waktu itu. Seperti contohnya raja yang
memberikan tanah luas kepada keluarga, kerabat, atau kenalan raja, dan juga hak
waris. Sedangkan raja hanya memberikan tanah yang kecil kepada petani kecil.
Penghuni tanah-tanah kecil ini adalah orang-orang Indian, yang dipekerjakan
secara paksa disana dan hasilnya diberikan kepada keluarga, kerabat, atau
kenalan raja, dan juga hak waris. Selain itu, gereja juga diberi tanah yang
luas bauk di desa mupun dikota, sehingga siapapun yang ingin tinggal ditanah
tersebut harus membayar sewa kepada gereja. Para pendeta gereja adalah umumnya
orang Spanyol.
Dibanyak
negara di Amerika Latin, masalah tanah inilah yang seringkali menyebabkan revolusi atau pergolakan didalam negeri.
8. Munculnya
Revolusi-revolusi dalam negeri atau perang saudara di Amerika Latin.
Munculnya
Revolusi-revolusi ataupun perang saudara di Amerika Latin adalah diawali dari
permasalahan tanah juga dar keadaan dalam Amerika Latin yang masih mengalami
masa-masa suram pasca memperoleh kemerdekaan.
Revolusi-revolusi
yang mucul di Amerika Latin adalah :
a. Revolusi
pada masa Republik dan Gerakan Pembaharuan (1822-1875) di Meksiko
Meksiko
mengalami pergolakan antara golongan pro-raja, konservatif, dan sentralis
melawan golongan Republik, liberalis, dan federalis. Dalam pergolakan ini,
terjadi intervensi langsung dari Amerika Serikat. Hal ini membuat Meksiko kalah
dan berakibat dilepaskannya daerah Texas kepada Amerika Serikat.
b. Revolusi
Meksiko (1910-1920)
Revolusi
ini terjadi pada dua tahap, yaitu :
-
Tahap Pertama (1910-1916) yang bertujuan untuk menggulingkan sistem
kediktatoran Presiden Porfirio Diaz dan menyusun Konstitusi.
-
Tahap Kedua (1917-1920) yang merupakan tahap konsolidasi hasil-hasil revolusi
dan pelaksanaan konstitusi.
c.
Pergoalakan di Amerika Tengah darigolongan liberal melawan golongan
konservatif mengenai masalah-maslah Konfederasi. Akhirnya bentuk konfederasi
ditinggalkan mualai tahun 1844, dan masing-masing negara menjadi berdiri
sendiri-sendiri.
d.
Perang Saudara di Colombia Raya anatar golongan konservatif dan liberal,
antara mereka yang ingin bentuk Republik kontra yang mencintai monarkhi. Dalam
tahun 1831, Colombia Raya mencair kembali menjadi 3 negara : Colombia,
Venezuela, dan Equador.
e.
Pergolakan-pergolakan dalam negeri dan perang-perang saudara antara
golongan Konservatif melawan golongan liberal, golongan republik melawan
golongan monarkhi, golongan federalis melawan sentralis yang terjadi di
Venezuela pada tahun 1835 sampai tahun 1900’an.
f. Masalah pembagian kekayaan yang tidak merata
(terutama masalah kepemilikan tanah) yang terjadi di Argentian semakin
meruwetkan situasi di Amerika Latin.
Dari banyaknya masalah-masalah ini,
membuktikan bahwa Amerika Latin masih memerlukan waktu yang panjang untuk
mengkonsolidasikan hasil-hasil perang kemerdekaan dan hasil-hasil revolusinya.
2.3.1.
Nasionalisme dan Regionalisme
Jiwa-jiwa nasionalisme pada rakyat di
Amerika Latin sudah muncul smenjak adanya perjuangan rakyat untuk merebut
kemerdekaan dari tangan penjajahan Spanyol, Portugal, dan Perancis yang
menjajah negara-negara di Amerika Latin.
Semangat-semangat nasionalisme ini semakin tumbuh pada masa-masa perang
saudara dan revolusi. Nasionalisme ini bertambah tumbuh seiring dengan
berhasilnya konsolidasi hasil-hasil revolusi.
Faktor-faktor pendorong terjadinya
Revolusi tersebut adalah :
1. Faktor
Penjajahan Spanyol
Penjajahan
oleh bangsa Spanyol di Amerika Latin ini merupakan faktor terpokok, karena
penjajahan yang dilakukan bansa Spanyol ini berlangsung selama tiga abad
lamanya. Berjuang melawan penjajah asing merupakan tindakan yang patriotik dan
revolusioner. Patriotisme inilah yang lambat laun masuk kedalah paham tentang
pentingnya bangsa, eksisitensi bangsa, jiwa dan tujuan perjuangan bangsa, dan
nasionalisme. Bahkan Spanyol sendirilah yang ikut menumbuhkan jiwa nasionalisme
rakyat di Amerika Latin. Hal ini dikarenakan dalam waktu yang lama setelah
tercapainya kemerdekaan bekas daerah jajahan Spanyol, Spanyol tetap enggan
mengakui kemerdekaan negara-negara jajahannya. Sedangkan Portugal yang menjajah
Brazil sudah mengakui kemerdekaan Brazil apa tahun 1825, begitu pula dengan
Prancis yang mengakui kemerdekaan Haiti pada tahun yang sama 1825.
2. Pemerasan
yang dilakukan Gereja
Pemerasan ini
dilakukan oleh gereja kepada rakyat menyangkut masalah tanah dan kekayaan
negara, serta pememrasan dalam pengkristenan golongan rendah dari lapisan
masyarakat (terutama orang-orang Indian). Pengkristenan ini dilakukan oleh
pendeta-pendeta gereja yang merupakan orang-orang Spanyol. Hal ini dianggap
pemerasan oleh rakyat yang dilakukan oleh orang-orang Spanyol dan pemerintahan
Spanyol diseberang lautan. Orang-orang Spanyol ini menganut sistem katolisisme
Roma yang berpusat di Italia, dan hierarki gereja yang dibawa oleh orang-orang
Spanyol. Hal ini menyebabkan bertambah tajamnya perbedaan klas-klas sosial yang
telah ada.
3. Intervensi
Asing
Pada
masa-masa perang kemerdekaan dan perang saudara serta revolusi, sebenarnya
merupakan duplikasi dalam bentuk mini atas kedatangan bangsa asing ke Ameria
Latin lagi antara tahun 1585- 1700. Salah satu contohnya adalah intervensi yang
dilakukan oleh Amerika Serikat pada perang saudara di Meksiko. Hal ini pun
mendapat sambutan keras dari dari rakyat Amerika Latin, sehingga presiden
Amerika Serikat ketika itu langsung mengeluarkan amanatnya pada kongres Amerika
Serikat pada tanggal 2 Desember 1823. Presiden Monroe menyatakan bahwa setiap
campur tangan negara-negara Eropa terhadap negara-negara yang baru merdeka
dikawasan Amerika, akan dipandang sebagai tindakan yang tidak bersahabat terhadap
Amerika Serikat. Pernyataan ini yang kemudian dikenal dengan ‘Doktrin Monroe’
yang semula bersifat defentif, tetapi pada prakteknya dipraktekkan terlalu jauh
oleh Amerika Serikat, bahkan terbukti bawa negara ini melakukan intervensi
fisik secara langsung terhadap persoalan negara-negara di Amerika Latin.
4. Kekhawatiran
terhadap pengaruh asing
Kekhawatiran
ini mulai timbul setelah selesainya perang kemerdekaan. Hal ini beriringan
dengan meluasnya perdagangan di Amerika Serikat dan Inggris. Hal inilah yang
memicu kekhawatiran bangsa-bangsa di Amerika Latin tehadap pengaruh asing,
mula-mula dibidang ekonomi, perdagangan dan investasi modal asing di sektor
perindustrian, kemudian menjurus lebih lanjut kepada kekhawatiran tentang
pengaruh nilai-nilai kebudayaan bangsa asing. Kekhawatiran ini banyak
ditunjukan oleh orang-orang terkemuka di Amerika Latin, sperti Jose Marti
(1853-1895), dan Jose Enrique Rodo (1872-1917).
5. Faktor
Nasional
Faktor
ini merupakan faktor yang inheren dalam masyarakat Amerika Latin sendiri, hal
ini dikerenakan pada umumnya corak masyarakat Amerika Latin adalah
paternalistis. Ikatan keluarga dirasakan sangat kuat disana, baik didesa maupun
dikota, dikalangan masyarakat rendah maupun dikalangan lapisan elite modern.
Bukti nyata dari kuatnya rasa kekeluargaan ini adalah fungsi “bapak” yang
sangat menonjol pada kehidupan keluarga, bukan hanya sebagai seorang pelindung,
tetapi juga sebagai seorang “laki-laki”, dan seorang laki-laki dalam “ideal
type”. Amerika Latin harus mempunyai sifat dan bersikap laki-laki, bersifat dan
bersikap jantan, atau macho. Figur bapak ini kemudian dibawa sampai ke
lingkungan sosial-politik, hal ini menyebabkan timbulnya “personality politics” dengan bapakisme
pemimpinisme.
Bagi
banga Amerika Latin, seorang pemimpin
dinilai dari hubungan antara-manusia daripada hubungan antar-persoalan. Seorang
pemimpin harus pula bersifat berani dan jantan. Kejantanan mengusir penjajah,
berkelahi, dan bertempur merupakan atribut dari pahlawan nasional, juga atribut
dari nasionalisme.
Selain
jiwa nasionalisme yang begitu tinggi merasukj pada jiwa rakyat dan
pemimpin-pemimpin di Amerika Latin, mereka juga memerlukan koordinasi dan
persatuan antar negara-negara di Amerika Latin sendiri. Hal yang diperlukan
adalah Regionalisme, regionalisme sangat dibutuhkan untuk membina kawasan
Amerika Latin. Faktor-faktor yang melatar belakangi timbul dan berkembangnya
regionalisme di Amerika Latin adalah :
1. Faktor
Intern
Karena
negara-negara di Amerika Latin memandang perlu adanya kerja sama kawasan
(regional cooperation) untuk bersama-sama mengkonsolidasikan hasil-hasil perang
kemerdekaan dan revolusi. Mereka juga memandang penting pula adanya kerjasama
dalam membangun masyarakat Amerika Latin, walaupun masing-masing pemerintah
akan menetapkan polanya sendiri.
2. Faktor
Ekstern
Masyarakat
Amerika Latin melihat adanya bahaya yang mengancam, baik yang berupa intervensi
fisik maupun intervensi politik yang kasar, maupun yang berupa penetrasi
sosial, ekonomis dan kultural, serta bentuk-bentuk baru dari subversi asing
yang lebih halus ramifikasinya.
2.3.2. Fungsi
Militer dan Militerisme
Golongan
militer merupakan faktor dinamisasi (bahkan faktor pendobrak) yang sangat
menentukan dlam perjuangan melawan penjajah. Setelah perjuangan kemerdekaan
selesai, mereka mengatur dirinya dalam organisasi – organisasi militer yang
lebih sempurna. Setelah perang kemerdekaan yang dilanjutkan revolusi, atau
perang saudara dalam negeri, golongan militer “military elite” merupakan satu –
satunya golongan yang keluar dari kesulitan dengan organisasi dan disiplin yang
jauh lebih baik dibanding dengan golongan politik atau partai – partai politik.
Semula,
semua golongan militer di Amerika Latin berkeinginan langsung untuk memainkan
fungsi politiknya pula. Namun setelah melalui beberapa kesulitan, akhirnya
fungsi politik golongan militer dapat berangsur – angsur berubah menjadi fungsi
militer professional hingga sekarang. Timbullah profesionalisme militer yang
sekarang ada di Meksiko, dimana kekuasaan pemerintahan berada di tangan kekuatan
sipil dan kekuasaan militer hanya merupakan unsur pembantu keamanan kepolisian.
Namun
berbeda dengan Negara – Negara di Amerika Latin lainnya. Mereka berkeinginan
terus mempertahankan politiknya di sektor – sektor social – politik tanpa
melepaskan kedudukan dan fungsinya sebagai militer. Intervensi militer ini
memiliki beberapa motivasi diantaranya :
1. Motif politik,
yakni rasa tanggung jawab untuk mengatasi suatu kemacetan politik yang
disebabkan oleh pergolakan dari partai – partai politik.
2. Motif
ekonomis, yaitu ingin menyelamatkan bangsa dari kehancuran ekonomi. Bahkan ada pula yang menggunakan
motif ekonomis-materiil untuk kepentingan pribadi.
3. Didukung
golongan sipil yang memiliki kepentingan ekonomis-materiil tertentu, karena
bila mereka yang melakukannya sendiri, dirasa kurang kuat.
4. Suatu
tradisi, yakni tradisi adanya intervansi militer atau coup – coup militer di
Amerika Latin. Coup ini dimulai dengan telepon dari jenderal infanteri kepada
menteri pertahanan bahwa ia akan melakukan coup dan memerlukan dukungan dari
menteri. Menteri pura – pura tidak tahu, tapi memberikan bantuan. Kemudian
terjadi tembak menembak di istana, Presiden ditahan, terjadi perubahan kabinet
atau dibentuk junta militer. Si menteri tetap selamat dan jederal
pemberontakpun naik panggung pemerintahan dan terjadilah pembagian rejeki.
Coup
ini masih diterima masyarakat sebagai
salah satu cara untuk melakukan perubahan politik secara drastis sebab :
1) Rakyatpun
telah terbiasa, seolah – olah merupakan tradisi.
2) Golongan
militer memilki akar yang sangat kuat dalam masyarakat, karena tanpa dukungan
mereka coup tidak akan berhasil.
3) Di
kalangan masyarakat luas ada pandangan bahwa golongan militer adalah pengemban
cita – cita nasional yang murni, pengemban nasionalisme dan patriotism, hingga
entah bagaimana mereka perlu didukung.
4) Rakyat
yang umumnya melihat golongan militer sebagai suati “kubu terhadap ancaman
Komunisme”.
Dengan
demikian dapat diketahui bahwa militerisme Amerika Latin mula – mula mengambil
bentuk militerisme dari suatu Negara-kepolisian, di mana golongan militer
dipergunakan oleh pemerintah untuk menghancurkan golongan anti-pemerintah.
Namun lambat laun timbul bentuk – bentuk baru yakni :
a. Militerisme
fasis
Dengan timbulnya
Fasisme Italia dan Naziisme Jerman, pengaruhnya menjalar pula ke Amerika Latin,
dan mulai memasuki tubuh Angkatan Perang. Hal ini terjadi di kalangan militer
Bolivia, Brasil dan Argentina.
b. Militerisme
tenokrat
Didukung oleh
perwira – perwira muda yang maju karena hasil pendidikan luar negeri, terutama
dari Amerika Serikat
Militerisme
di Amerika Latin lebih mirip dengan apa yang ada di Spanyol, karena kesamaan
sejarah. Militerisme Amerika Latin lahir dalam keadaan dimana rakyat tidak
memilki sarana untuk menyalurkan tuntutan politik dan timbulnya oligharki dalam
pemilikan tanah, yang memaksa golongan militer tampil ke depan melalui seorang
caudillo, yakni seorang pemimpin/diktator militer yang memaksakan kehendaknya
terhadap rakyat dalam mencapai ketertiban umum dalam abad 19 dan awal abad 20.
Dapat
dikatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua macam lembaga militer, yakni :
a) Bersifat
politis, yakni dimana golongan militer memandang dirinya juga berfungsi politik
dalam arti baik secara langsung maupun tidak langsung ikut dalam proses
penentuan kebijaksanaan politik bangsa.
b) Bersifat
professional, yakni golongan iliter dibatasi hanya pada profesi militer teknis
dan tunduk pada pemerintahan atau pimpinan politik golongan sipil. Seperti
Meksiko yang telah memiliki militer bersifat professional.
Sedangkan untuk
Angakatan Perang di Amerika Latin terdiri dari beberapa macam. Ada yang
memiliki hanya dua structural yakni Angkatan Perang tetap dan kekuatan para
militer yang keduanya dibawah pengawasan pemerintah. Kemudian ada pula yang
memiliki tiga pola, yakni ditambah dengan “private army” yang dibiayai atau
diorganisasikan oleh tuan – tuan tanah besar atau pejabat tinggi. Serta ada
yang berpola empat, dengan tambahan pasuka gerilya, baik yang berada di bawah
pengawasan pemerintah, maupun mereka yang berada di luarnya.
Satu
– satunya yang tidak mempunyai Angkatan Perang adalah Costa Rica (sejak 1948),
sedang Panama walaupun juga tidak memilki, tapi masih mempunyai “Nationl guard”
dan golongan tersebut besar peranannya dalam penentuan kebijaksanaan
pemerintah.
BAB 3. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Gerakan
kemerdekaan di Amerika Latin didasari atas kekecewaan rakyat terhadap tindakan
penjajah Spanyol dan Portugal. Mereka dipaksa untuk membayar pajak tinggi,
bekerja keras, dan tidak mendapat pendidikan. Akhirnya rakyat menolak dengan
beberapa perlawanan di masing – masing daerah koloni. Rasa Nasionalisme mulai
muncul saat masa perjuangan kemerdekaan dan berkembang ketika setelah
kemerdekaan. Akan tetapi setelah kemerdekaan,
Setelah
Perang Kemerdekaan, Amerika Latin mengalamai perubahan dalam berbagai bidang,
seperti bidang politik, sosial, kebudayaan, ekonomi, keagamaan, pendidikan, dan
kepemilikan tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
Mukmin, Hidayat. 1980.
Pergolakan di Amerika Latin
dalam Dasawarsa Ini. Jakarta: Ghalia Indonesia
http://wwwbebaskanpikiran.blogspot.com/2010/01/dinamika-amerika-latin.html