Senin, 15 April 2013

sejarah amerika latin


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Semangat menyala – nyala dari Spanyol dan Portugis untuk menjalankan imperialisme kuno dengan semboyannya 3G yaitu Gold, Glory, Gospel. Kedua Negara ini kemudian melakukan banyak ekspedisi dan pelayaran untuk menaklukkan wilayah Negara lainnya.
Spanyol melakukan dua kali ekspedisi, ekspedisi pertama pada 4 Maret 1517 menyusuri Yukatan. Kemudian ekspedisi kedua dilakukan oleh Juan de Grijalva pada tahun 1518 yang menyusuri pantai timur meksiko sampai dekat Verakrus. Akan tetapi kedua ekspedisi ini tidak memberikan perubahan terhadap Amerika Latin. Ekspedisi yang memberikan pengaruh cukup besar adalah yang dilakukan olehe keempat tokoh, yakni Hernando Cortes, Francisco Pizarro, Jimenez de Quesada dan Pedro de Valdivia.
Walau demikian, penjajah juga melakukan tindakan kejam terhadap Rakyat amerika Latin. Penjajah bertindak semena – mena untuk dapat menguasai sumber ekonomi yang ada di sana. Hal inilah yang nantinya menjad salah satu faktor munculnya perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin.

1.2.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang melatar belakangi munculnya perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin?
2.      Bagaimana perjuangan kemerdekaan yang dilakukan Amerika Latin?
3.      Apa hasil yang diperoleh dari perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin?

1.3.  Tujuan
1.      Mengetahui latar belakang munculnya perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin
2.      Mengetahui proses perjuangan kemerdekaan di Amerika Latin
3.      Mengetahui hasil perjuangn kemerdekaan di Amerika Latin
BAB 2. PEMBAHASAN


2.1.  Latar Belakang Munculnya Perjuangn Kemerdekaan di Amerika Latin
Semenjak mendaratnya penjajah baik dari Portugis maupun Spanyol, rakyat Amerika Latin merasa dirugikan. Karena penjajah hanya ingin menguasai sumber daya alam di sana untuk nantinya dikirim ke Negara induk dalam menunjang perekonomiannya. Hak azasi manusia saat itu tidaka lagi diperdulikan.hal inilah yang nantinya memunculkan semangat perjuangan untuk mendapat kemerdekaan. Pada umumnya penyebab munculnya perjuangan kemerdekaan ini ada dua macam faktor, yakni faktor intern dan faktor ekstern.
1.         Faktor Intern
Faktor intern artinya faktor yang berasal dari dalam kolonialisme sendiri. Pada saat masa penjajahan berlaku sistem kolonialisme yang cukup menyiksa rakyat. Rakyat pribumi diperlakukan tidak adil, yang terbukti dari pemerasan secara paksa yang digunakan untuk kepentingan sistem merkantilisme ekomomi. Setiap rakyat dipaksa untuk berja keras agar penjajah dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkan tanpa perlu bersusah payah ikut bekerja. Hak azasi manusia sudah tidak diindahkan, justru diinjak – injak bahkan dianggap tidak ada hak untuk rakyat jajahan. Menuntut pembayaran pajak yang cukup tinggi terhadap rakyat. Rayat tidak diperkenankan untuk menikmati bangku pendidikan. Selain itu juga Spanyol masih tetap menjalankan politik diskriminasi. Diskriminasi tersebut dilakukan dengan tidak memberi kursi di pemerintahan bagi rakyat pribumi. Kemudian juga terjadi percampuran kepentingan antara kepentingan Negara yang diwakili oleh para pejabat administrasi kolonial, gereja, yang diwakili oleh para pendeta katolik, dan tentara yang terdiri dari para petualang fisik. Pemerintah melakukan persekongkolan dengan pendeta dan tentara tidak hanya dalam berperang, akan tetapi juga dalam perdamaian. Tujuannya adalah membagi rata hasil yang diperoleh terutama tentang kepemilikan tanah.
2.      Faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan penyebab – penyebab yang berasal dari luar sistem kolonialisme itu sendiri. Cara berfikir dan perjuangan rakyat Amerika Latin kala itu dipengaruhi oleh komunikasi rakyat dengan dunia luar baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi inilah yang menginspirasi rakyat pribumi untuk menemukan gagasan baru dan cara – cara memeperjuangkan kemerdekaan. Kemudian faktor lainnya adalah pendidikan, tak banyak rakyat yang dapat mengenyam pendidikan di luar negeri. namun mereka yang berkesempatan akan memepelajari cara - cara yang cukup baik untuk perjuangan kemerdekaan. Kemudian peristiwa – peristiwa penting di dunia kala itu juga menjadi salah satu pendorong bagi rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Contoh saja peristiwa Revolusi Prancis yang mendorong rakyat pribumi untuk merebut kembali kemerdekaan dari tangan Spanyol dan Portugis. Revolusi ini merupakan lambang perjuangan rakyat melawan kezaliman raja, dan sebagai motor penggerak revolusi – revolusi Amerika Latin. Selanjutnya kesadaran politik semakin tergugah  Kemudian serangan Napoleon atas Spanyol dan Portugal memeberikan kesempatan yang baik bagi Amerika Latin untuk melepaskan diri dari Negara induk.
            Pada dasarnya sebelum tahun 1807 – 1808, rakyat daerah jajahan sudah mulai melakukan serangan – serangan secara individual dengan persenjataan dan biaya yang cukup serta tanpa ada organisasi. Akan tetapi usahanya kali menghadapi jalan buntu. Para pemimpin serangan ditahan atau dihukum mati.
            Dalam tahun 1749, Juan Fransisco de Leon yang merupakan orang kreol melakukan pemberontak terhadap tekanan ekonomi namun gagal. Begitu pula dengan pemberontakan di Chili pada tahun 1776. Di Peru pada tahun 1780-1783 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh orang Indian yang dibantu orang Kreol dan mestizo dibawah pimpinan Tupac Amaru II yang juga berujung kegagalan.
            Brasil memiliki strategi/taktik tertentu dalam melakukan aksi penolakan terhadap penjajah yaitu dengan politis dan terpendam dengan cara diskusi.yang berada di bawah pimpinan Joaquim Jose da Silva Xavier. Namun, usahanya gagal sebab pemerintah telah mengetahui maksud Joaquim yang ingin menuntut hak azasi manusia. Tahun 1792 dia dihukum mati, maka gugurlah pahlawan kemerdekaan pertama Brasil.

2.2.  Proses Perjuangan Kemerdekaan
Setelah mengalami kekalahan bertubi – tubi sebelum tahun 1807-1808, maka rakyat daerah jajahan berusaha untuk memperbaiki strategi dan memperkuat pasukan dalam melakukan serangan. Berikut perlawanan yang dilakukan oleh beberapa Negara di Amerika Latin.

1.      Espanola (Haiti dan Republik Dominika)
Haiti merupakan tonggak awal perjuangan kemerdekaan yang pertama kalinya berhsil pada masa sebelum 1807 – 1808. Pemimpin pemberontakan tersebut adalah Piere Dominique Tousaint l’ Ouverture. Tousaint memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 1 Juli 1801. Setelah proklamasi kemudian Tousaint mempersiapkan pembentukan konstitusi pertama. Namun kemudian Napoleon mendengan berita kemerdekaan Haiti ni. Napoleon geram dan kemudian mengirimkan tentara ke Haiti untuk mengusik kemerdekaan Haiti. Hal ini dilakukannya karena Haiti merupakan garis utama untuk mempertahankan daerah di amerika Serikat yang berhasil direbutnya. yaitu Loussiana.
Tentara kiriman Napoleon awalnya mengalami kekalahan, namun kemudian berhasil menagkap dan Tousaint memenjarakannya di Prancis pada tahun 1802. Kemudian perjuangan di Haiti dilanjutkan oleh Henri Christophe dan Jaques Dessalines. Kemerdekaan kembali diproklamasikan pada 1 Januari 1804 dan kemudian mengganti nama dengan Republik Haiti. Kemudian diangkatlah Dessalines sebagai Gubernur seumur hidup dan menjadi Kaisar Jaques I. prancis baru mengakui kemerdekaan Republik Haiti ini pada tahun 1825.
Untuk daerah Espanola bagian timur, yang dikuasai kembali oleh Spanyol dalam tahun 1806 (setelah pernah direbut Prancis) memproklamisikan kemerdekaannya pada tahun 1821. Antara tahun 1822-1844 sempat dikuasai oleh Haiti. Namun pada tahun 1844 kembali merdeka dan mengganti nama dengan Republik Dominika.
2.    Venezuela
Perjuangan kemerdekaan di Venezuela pertama kali dilakukan oleh Francisco Miranda yang telah mulai memberontak melawan Spanyol pada tahun 1806. Francisco Miranda merupakan putera dari keluarga kaya raya di Caracas (Venezuela) yang seorang bangsa Kreol.
Awalnya, Francisco Miranda mendapatkan semangat atau fikiran untuk kemerdekaan tanah airnya adalah karena saat usia mudanya ia sudah memasuki Angkatan Perang Spanyol, ia juga sering mengunjungi Amerika Serikat (1783-1784) dimana disanalah dia banyak bertemu dengan pemimpin revolusi Amerika Serikat.dari Amerika Serikat, ia pergi ke Perancis dan memasukii Angkatan Perang Rebublik Perancis I. Sesudah berdinas beberapa tahun, ia meminta berhenti dan kembali ke Amerika Latin untuk memerdekakan tanah airnya. Francisco Miranda mempergunakan banyak tahun di Inggris dan Amerika Serikat untuk mendapatkan bantuan dari William Pitt the Young (Inggris) dan presiden Jefferson (USA) untuk memerdekaan negerinya. Ia banyak mendapat bantual modal dan persenjataan Amerika Serikat dan Inggris.
Pada tahun 1806, Francisco Miranda mendarat di Venezuela dengan sebuah ekspedisi kecil , dan usahanya untuk menjatuhkan pemerintah kolonial  gagal, karena banyak rakyat yang tidak memberikan bantuan yang wajar. Ia pun mengungsi ke Inggris. Pada tahun 1810, Spanyol sibuk memerangi Napoleon. Miranda kembali lagi ke Venezuela pada tanggal 5 Juli 1811. Pada hati itu juga dapatlah dibentuk suatu Kongres, yang kemudian menyatakan  kemerdekaan Venezuela lepas dari Spanyol dan pada tanggal 21 Desember 1811 disusun suatu konstitusi. Sebenarnya oerjuangan Miranda sudah akn berhasil. Namun, pada tanggal 28 Maret 1812 kota Caracas (wilayah yang dikuasai Francisco Miranda) diguncang dan dihancurkan oleh gempa bumi yang hebat yang  menelan korban 20.000 jiwa. Dua puluh ribu orang menjadi korban, pasukan Miranda merosot serangan tempurnya karena banyak diantara korban tersebut adalah pasukan Miranda. Hal ini dimanfaatkan oleh Kerajaan (royalis) Spanyol untuk menyerang kembali Venezuela. Penyerangan ini berhasil dan Francisco Miranda berhasil ditangkap dan dibuang ke Spanyol.  Francisco Miranda dipenjara di Spanyol, dan meninggal disana pada 14 Juli 1816. Mungkin ini merupakan satu-satunya contoh dalam sejarah dinia, diaman suatau gerakan kemerdekaan digagalkan oelh bencana alam.
Pengganti-penganti Miranda pun meneruskan perjuangan Miranda, salah satunya adalah Simon Bolivar (1783-1830). Simon Bolivar adalah putera dari salah satu keluarga Aristokrat  yang makmur dan menikmati pendidikan yang baik sekali, baik dalam bidang sosial maupun bidang militer. Ia pernah menjelajahi Eropa, dimana ia dapat menyaksikan akibat-akibat dari Revolusi Perancis dan kekuasaan mutlak Kaisar Napoleon Bonaparte.
Melihat situasi yang belum matang, Bolivar pergi ke Colombia (1812), dan bergabung dengan pasukan pejuang kemerdekaan lain, dan sukses. Dalam tahun berikutnya, yaitu pada tanggal 15 Juli 1913 Simon Bolivar menyatakan “Perang sampai mati” pada Spanyol. Kemudian,  Simon Bolivar kembali ke Venezuela dengan menjajahi Pegunungan Andes.  Dalam bulan Januari 1814, Republik Venezuela di proklamasikan dengan Bolivar sebagai “ Libertador” nya atau “Pembebas” nya. Namun, pasukan-pasukan Spanyol dapat mengkonsolidasikan kekuatan, mendobrak pertahan Bolivar. Ia pun terpaksa lari ke Colombia, kemudian lari ke Jamaica, dan akhirnya ke Haiti. Dari Haiti inilah disusun rencana penyerangan kembali ke Venezuela, dengan bantuan Haiti secara penuh. Ia mneyerbu ke Venezuela tahun 1817 dan banyak mengalami kesuksesan.  Akhirnya, pada tanggal 20 November 1818, di Angostura di proklamasikan lagi kemerdekaan  Venezuela.
Perjuangan kemerdekaan berlangsung terus kerena pasukan-pasukan Spanyol yang baru terus berdatangan dari Spanyol.
Di pihak lain, tentara sewaan Inggris, yang diorganisasikan oleh patriot-patriot Venezuela di Inggris, datang membantu Bolivar. Perjuangan selanjutnya adalah membebaskan kembali Colombia. Dengan pasukan campuran itu, kedudukan Spanyol di Colombia dikejutkan dengan serangan mendadak, yang dilakukan melalui Pegunungan Andes, dengan adanya pertempuran di Boyaca (7 Agustus 1819) yang menghancurkan pasukan kerajaan. Bogota pun berhasil direbut pada tanggal 10 Agustus 1819 dan diproklamasikannlah Republik Colombia. Selanjutnya, pada tanggal 17 Desember 1819 disusun konstitusi dari “Republik Colombia Serikat” yang mencakup Colombia dan Venezuela. Bolivar kemudian diangkat menjadi Presidennya.
Pertempuran yang terakhir adalah dengan pasukan Kerajaan Spanyol yang terjadi di Carabobo Venezuela, yang merupakan kemenangan mutlak dari Bolivar. Pada tanggal 30 Agustus 1821 dibentuk pemerintahan baru yang mempersatukan kedua negara tadi, dengan Bolivar tetap sebagai Presidennya. Tujuan perjuangan selanjutnya adalah Ecuador.
3.      Ecuador
Berkali – kali telah dilakukan pemberontakan untuk mendapatkan kebebasan dari para penjajah yakni pada tahun 1809 – 1810 yang berujung kegagalan. Selanjutnya Jendral Antonio Jose de Sucre pada bulan Mei 1821 mencapai  Guayaquil / Ecuador berkat gabungan antara pasukan Colombia dan Venezuela. Sucre adalah pembantu Boliviar. Pada 24 Mei 1822 terjadi pertempuran Pichincha. Dalam pertempuran ini pasukan kerajaan dapat dikalahkan dengan bantuan sebanyak 1200 orang yang dikirimkan oleh oleh San Martin dari Peru. Boliviar kemudian menuju ke Ecuador dan ingin membentuk Republik Colombia disana yang terdiri dari Colombia, Venezuela, dan Ecuador. Kemudian di Guayaquil itulah terjadi perundingan antara Boliviar dan San Martin untuk membicarakan gerakan kemerdekaan di Amerika Latin.
Akan tetapi selanjutnya San Martin ternyata tidak meneruskan perjuangannya. Ia kembali ke Lima/Peru, kemudian menuju Santiago/Chili, lalu ke Buenos/Aires Argentina, terakhir ke Prancis. Di sanalah ia meninggal pada 1850 tepatnya di Boulgne. Kemungkinannya, San Martin tidak suka berpolitik dan berpaham moderat. Berbeda dengan Boliviar yang lebih Revolusioner, dan menyukai bentuk Republik serta perjuangan fisik untuk melawan Spanyol.


 
4.      Argentina
Sementara Simon Bolivar sibuk mengurusi perang kemerdekaan di kawasan Amerika Selatan bagian utara, muncul Liberator lain di kawasan Amerika Selatan bagian selatan. Liberator tersebut adalah Jendral Jose de San Martin (1778-1850) yang memimpin perang kemerdekaan di Amerika selatan bagian selatan, yaitu daerah-daerah La Plata. 
San Martin adalah putera termuda seorang kapten Argentina. Ia mendapat pendidikan militer di Spanyol dan juga pernah berperang melawan Perancis-Napoleon. Mendengar akan adanya perang di Amerika Latin, ia meminta keluar dari ketentaraan Spanyol dan pulang kembalai ke Argentina.  Rakyat Argentina pun menyambut kedatangan San Martin ini dengan hangat, karena mereka sangat membutuhkan seorang Jendral yang  gemilang untuk memimpin kemerdekaan rakyat Argentina.
     Penyerangan Inggris terhadap Buenos Aires (1806 dan 1807) memberikan semangat pada orang-orang Kreol untuk memberontak untuk melawan Spanyol.  Semangat tersebut terealisasikan pada tanggal 20 Mei 1810, yaitu Manuel Belgrano yang menuntut agar Raja Muda (Viceroy) yang menguasai Argentina ketika itu turun tahta. Spanyol ingin kompromi, tetapi akhirnya menyerah setelah pada tanggal 25 Mei 1810 orang-orang yang melakukan pemberontakan tersebut memaksa untuk dihapuskannya sistem pemerintahan oleh Raja Muda (Viceroyalty), sebagai lambang pemerintahan kolonial Spanyol. Suatu Dewan Pmerintahan tertinggi pun dibentuk, yang memerintah atas nama Ferdinand VII. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat Argentina sudah memisahkan diri dari kekuasaan Spanyol  sejak mereka membentuk pemerintahan sendiri ini di Buenos Aires pada tanggal 25 Mei 1810.
     Nampak ada dua aliran politik. Yaitu para rakyat yang masih menginginkan sistem monarki yang demokratis, dan rakyat yang menginginkan kemerdekaan penuh dalam bentuk republik, dan republiklah yang akhirnya dipilih menjadi bentuk negara Argentina. Dengan kemenangan ini, perjuangan selanjutnya ditujukan untuk membantu daerah-daerah lain, yakni Chili, Praguay, dan Uruguay.   Dibawah pimpinan Jendral San Mrtin, tentara Argentina mengalahkan tentara Spanyol pada tanggal 9 Juli 1816. San Martin pun memproklamirkan kemerdekaan Argentina di Tucuman, Argentina.

5.      Chili
Setelah merdekanya Argentina, muncul kekhawatiran pada San Martin sebagai seorang ahli strategi yang mengetahui benar, bahwa tentara Spanyol yang berada di Peru  merupakan suatu bahaya laten bagi Argentina, oleh karena itu San Martin berusaha untuk memerdekakan  Peru dan Chili. Karena adanya alasan ini, negara yang menjadi tujuan utama setelah memerdekakan Argentina adalah Chili. Chili dan Peru adalah kedua negara yang sama-sama diincar untuk dimerdekakan atas Spanyol demi keamanan Argentina.
Tokoh perjuangan Chili yang kemudian juga memerdekakan Peru adalah Jose de San Martin seorang militer, seorang ahli strategi, dan tidak menyukai politik, serta pernah berdinas lama dalam pasukan darat dan laut Spanyol. Dalam perjuangannya di Chili, San Martin dibantu oleh seorang Kreol bernama Bernardo O’Higgins, putera salah seorang gubernur asal Irlandia, di Chili. Bernardo O’Higgins juga pimpinan dari para tentara sukarelawan  dari USA dan Inggris serta para pengungsi dari Chili.
Mula-mula, Bernardo O’Higgins meminta bantuan Argentina dengan meminta pangkalan di Argentina Barat, yang akan dipergunakan sebagai pusat latihan dan pusat persiapan menyerang Chili dari timur Pegunungan Andes. Maksudnya adalah agar setelah Chili jatuh, Peru dapat diserang dari laut.
Dalam bulan Januari 1817, San Martin melewati pegunungan Andes “sama seperti Hanibal atau Napoleon yang melintasi pegunungan Alp”. Proses penyerangan ini, dipersiapkan dengan matang yaitu melalui persiapan darat dan laut selama dua tahun (1814-1816). Penyerangan yang dilakukan melalui jalur Pegunungan Andes ini dengan tujuan untuk bergerak menyerang Chili dan memerdekakaknya dari kekuasaan Spanyol. Dalam peristiwa penyerangan San Martin dan kawan-kawannya ini dinamakan sebagai Pertempuran Chacabuco. Dalam pertempuran ini, pasukan Spanyol di Chili berhasil dikalahkan dengan mutlak pada 2 Februari 1817. Kemenangan gemilang ini juga berkat bantuan dari Bernardo O’Higgins, “The Hero of Chili”. Penyerangan ini berhasil mendapatkan ibukota Chili (Santiago) yang dapat diduduki. Kemerdekaan Chili pun diproklamirkan pada 2 Februari 1817. San Martin ditawari jabatan sebagai Kepala Pemerintahan di Chili, namun karena menyadari dirinya adalah seorang prajurit yang lebih suka di medan perang, tawaran tersebut diberikan kepada Bernardo O’Higgins, seorang tokoh pejuang yang telah banyak membantunya dalam memerdekakan Chili. Bernardo O’Higgins pun menjadi presiden pertama Chili yang kemudian melanjutkan perjuangan untuk memerdekaan Peru.
6.      Peru
Gerakan kemerdekaan di Peru terinspirasi oleh Jose dde la Riva Aguero. Pemberontakan dimulai dari tahun 1808 hingga 1813, namun gagal.selanjutnya dilakukan kembali pertempuran dengan bantuan dari orang Indian yakni pada tahun 1814 – 1815 yang juga gagal. Hal ini disebabkan karena kedudukan Spanyol di daerah tersebut cukup kuat. Hal ini dipahami San Martin yang selanjutnya menyerang Peru lewat jalur laut. Dalam penyerangan ini mendapat bantuan dari pasukan O’Higgins di Chili.
Pada tanggal 20 Agustus 1820, ekspedisipun dimulai. San Martin berangkat dengan Thomas Cochrane seorang opsir Inggris yang kecewa terhadap pemerintahnya. dalam ekspedisi ini awalnya dilakukandengan jalan diplomasi, namun gagal, maka dilakukanlah jalur peperangan pada tanggal 9 Juli 1821 dan berhasilah penguasaan Terhadap Peru. Namun muncul Boliviar dan Sucre yang berhasil membebaskan Peru dalam Pertempuran Junin pada 6 Agustus 1824 dan Pertempuran Ayacucho pada 9 Desember 1824.

7.      Bolivia
Dulunya bernama Peru Atas (Upper Peru), pernah melakukan pemerontakan pada tahun 1808, 1810, dan 1815, namun mengalami kegagalan. Tak sampai disitu, Bolivia kembali melakukan dua ekspedisi yakni di tahun 1822 – 1823, akan tetapi baru mendapat keberhasilan pada tanggal 5 Januari 1825. Kemudian Boliviar mengumumkan kemerdekaanya di La Paz. Saat itu pula pasukan terakhir Spanyol menyerah tanggal 1 April. Untuk itu kemudian Boliviar diangkat sebagai “Bapak Peru Atas”. Kemudian sebagai penghargaan atas jasanya digantilah nama Negara ini menjadi Bolivia pada tanggal 25 Agustus 1825.
8.      Paraguay dan Uruguay
Paraguay mencapai kemerdekaannya tanpa banyak mengalami kesulitan dalam perjuangan. Paraguay merdeka pada tahun 1816 denga ibukota Asuncion yang dimerdekakan oleh pemimpin yang dikenal sebagai orang yang diktator yairu Dr. Jose Gaspar Rodriguez.
Proses pencapaian kemerdekaan di Uruguay  terlebih dahulu berjuang melawan Spanyol dan kemudian juga mencegah pencaplokan oleh Brazil dan Argentina. Uruguaymerdeka pada tahun1816 dengan tokoh kemerdekaan Jose de Artigas dengan ibukotaMontevideo.
9.      Brasil
Ratu maria dan keluarganya melarikan diri dari Portugal menuju ke Brasil dan bertempat tinggal di Bahia. Selanjutnya merka pindah ke Rio de Janeiro. Di sinilah kemudian terjadi pembangunan daerah di bidang kesehatan rakyat, pendidikan, perbankan, jalan dan park, gedung – gedung serta lain sebagainya. Pada tahun 1816 Ratu Maria meninggal dan digantikan oleh Regent John sebagai John VI. Kemudian muncullah pemberontakan oleh rakyat Pernambuco pada Maret 1817, namun gagal. Akibat dari perubahan – perubahan tidak terjadi secara revolusioner, rakyatpun mendesak John VI untuk kembali ke Eropa pada 26 April 1821. Namun pedro anka dari Raja John tidak mau kembali ke Eropa.
Kemudian melalui parlemer (disebut Cortes) untuk mendepak dan mengurangi kekuasaannya. Kemudian muncul Dom Pedro yang menjadi pemimpin gerakan untuk melawan Pedro. Dom kemudian mengumumkan semboyan “Grito do Ypiranga” atau “Pekik dari Ypiranga” yaitu “Merdeka atau Mati” pada tanggal 7 September 1822. Untuk itu kemudian Dom Pedro dinobatkan sebagai Kaisar Konstitusional Brasil berkedudukan di Rio de Janeiro walaupun konstitusinya sendiri baru ada pada tahun 1824.


 
10.  Meksiko
Perjuangan kemerdekaan di Meksiko memiliki pengaruh yang besar terhadap kondisi negara-negara di Amerika Tengah. Sama seperti halnya dengan perjuangan kemerdekaan di Venezuela dan Argentina yang menjadi motivator bagai negara-negara lain di Amerika Selatan.
Pendaratan Hernando Cortes pada tahun 1519, menandai dimulainya perintisan zaman penjajahan  Spanyol di Meksiko. Penjajahan ini berlangsung antara tahun 1521-1815. Api Pemberontakan di Meksiko mulai dinyalakan di Guanajuato/ Meksiko pada malam tanggal 15 September 1810.
Pada tengah malam tanggal 15 September 1810, Miquel Hidalgo y Costilla seorang pastor Paroki Dolores (Mexico City) yang revolusioner, pada malam itu memeulai perjuangan menumpas kekuasaan Spanyol dengan suatu pekik kemerdekaan yang disebut “Grito” yang memekikkan “Death to the Spanish – Born, Long Live Our Lady Guadalupe”. Tengah malam itu, Peter Miquel Hidalgo membunyikan lonceng gereja. Umatnya yang mendengar lonceng pada tengah malam itu bergegas ke gereja dan dihadapan umatnya itu Pastor Hidalgo menyerukan “Grito” : “Hiduplah Bunda kita dari Goudalope! Matilah Pemerintah yang jahat! Matilah orang-orang Spanyol”. Pekikan suara kemerdekaan ini di pekikkan di Gerja Dolores/Guanajuato, sehingga disebut huga sebagai “Grito de Dolores”.
Seruan ini (Cry of Dolores) adalah tanda dimulainya perjeangan kemerdekaan rakyat Meksiko terhadap pemerintahan Spanyol.
Pastor Miquel Hidalgo membawa banyak semangat bagi rakyat Spanyol untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintahan kolonial Spanyol. Salah satu wujudnya sebagai motivator adalah Hidalgo terkenal dengan dekritnya untuk mengahpuskan sistem perbudakan bagi rakyat Meksiko (19 Oktober 1810). Karena pergerakan perjuangan yang dinilai membahayakan kedudukan pemerintah kolonial Spanyol di Meksiko, Pastor Miquel Hidalgo dianggap bersalah oleh pemerintah Spanyol, sehingga harus ditangkap dan ditembak mati di daerah Chihuahua oleh tentara Spanyol karena menurut orang Spannyol, Hidalgo dianggap sebagai pemberontak, tetapi oleh orang Meksiko dianggap sebagai pahlawan, sehingga orang-orang Meksiko menamakannya “Bapak Kemerdekaan Mexico.” (Father of Mexican Independence).
Sepeninggal pastor Miquel Hidalgo, mulcul para pemimpin-pemimpin patriotik lainnya yang meneruskan perjuangan ini, antara lain : Peter Jose Maria Morelos, seorang pendeta terkenal, negarawan, dan juga seorang ahli strategi. Namun, sama seperti pendahulunya, yiatu Hidalgo  Morelos juga ditangkap dan ditembak mati oleh pemerintah Spanyol di San Cristobal Ecatetec (22 Desember 1815). Perjuangannya ini kemudian dilanjtkan lagi oleh pasukan komandan patriot Meksiko untuk sektor selatan, yaitu Jendral Vicente Guererro, Goudallope Victoria (nama aslinya adalah: Manuel Felix Fernandes) dan juga oleh Kolonel Agustin de Iturbide, seorang opsir pasukan Spanyol yang ditugaskan untuk menangkap Guererro berbalik haluan, yaitu dengan bergabung dengan pasukan Meksiko yang saat itu dipimpin sendiri oleh Jendral Guererro. Bersama Guererro,  Kolonel Agustin de Iturbide  membuat Rencana Iguala, yang antara lain memuat rencana kemerdekaan  Meksiko, yaitu pembentukan suatu monarkhi yang bebas dari kekuasaan Spanyol. Dalam Rencana ini pula ditetapkan bentuk dan warna bendera Nasional Meksiko yang pertama kalinya, berwarna : hijau, putih dan merah, tetapi belum disertai lambang Garuda dau ular seperti yang ad sekarang.
Pada akhirnya, semakin banyak perlawanan-perlawanan dari rakyat Meksiko yang menentang orang-orang Spanyol yang membuat kekuatan Spanyol makin surut pada tanggal 24 Agustus 1821. Sehingga, Mexico pun dapat merebut kembali kemerdekaannya selama 11 tahun. Raja Muda Spanyol yang terakhir untuk Meksiko adalah Juan O’Donoju, yang dipaksa oleh para pejuang Meksiko untuk menandatangani Rencana Iguala. Perjanjian perdamaian pun dilakukan antara Presiden terakhir Spanyol di Meksiko dengan Jendral Iturbide. Pasukan-pasukan Spanyol terakhir meninggalkan Meksiko pada tanggal 27 September 1821 dan pada hari itu juga Iturbide dengan pasukannya memesuki kota Meksiko.
Selanjutnya, pada tanggal 19 Mei 1822 Jendral Iturbide membentuk pemerintahan dengan dia sendiri sebagai Kaisar Agustin I. Bentuk pemerintahannya adalah kekaisaran. Namun, pemerintahnnya berlangsung tidak sampai satu tahun, sebab para Jendral dan rakyat Meksiko lebih menginginkan bentuk Negara Republik. Hal ini melatarbelakangi timbulnya Revolusi yang membuat pemerintahan Kaisar Agustin I yang mengakhiri masa pemerintahnnya. Dalam bulan Maret 1823 dibentuklah Negara Republik pada negara Meksiko dengan Jendral Guadalope Victoria sebagai presiden pertama dari Meksiko (1824-1829).
Jendral Itrubide dibuang ke Eropa pada tahun 1823. Namun, pada tahun berikutnya, 1824, ia kembali ke Meksiko untuk membentuk kembali Kekaisaran di Meksiko,tetapi dapat ditangkap sesaat setelah ia mendarat di Meksiko. Ia pun dihukum mati dan exekusi itu dilaksanakan pada tanggal 20 Juli 1824 di Padilla, sebuah kota kecil di Meksiko.

11.  El Savador
Terinspirasi dari perjuangan M. Hidalgo pada tahun 1810, maka di El Savador muncul pemimpin pergerakan yaitu Jose Matias Delgado seorang pendeta dan ahli hukum yang juga dikenal sebagai “Bapak dari Tanah Air Amerika Tengah” bersama-sama dengan Manuel Jose Arce mengadakan pemberontakan untuk menuntut kemerdekaan terhadap Spanyol (1811-1814).
Pada tahun 1811, J.M. Delgado memimpin pemberontakan, yang diikuti juga  oleh Nicaragua. Kemerdekaan El Savador diproklamasikan, tetapi pasukan-pasukan Spanyol cepat didatangkan dari Guatemala dan pemberontakan-pemberontakan pun dapat ditumpas. Delgado pun dipenjarakan di Guatemala.
Satu tahun setelah pemenjaraan Delgado, datang berita dari Spanyol bahwa di Spanyol terbentuk konstitusi baru yang lebih demokratis (1812). Adanya berita ini membuat rakyat jajahan Spanyol di Amerika Tengah merasa puas dan ingin mengambil prinsip-prinsipnya sendiri dalam rangka menyusun pemerintahan-pemerintahan di Amerika Tengah yang akan datang, tetapi dalam lingkungan imperium Spanyol. Tetapi serentak juag datang kabar lain tentang pemulihan tahta Ferdinand VII (1814), harapan rakyat Ameika Tengah untuk adanya pembaharuan pun bubar sama sekali. Kembali mereka pun menyusun kekeuatan fisik untuk merebut kemerdekaan melalui pemberontakan.
Ketika Delgado keluar dari penjara, ia meneruskan perjuangannya yang semula yaitu menuntut kemerdekaan dari Spanyol. Tetapi pada waktu itu timbul aliran politik lain yang lebih moderat, dibawah pimpinan Jose Cecilio del Valle. Delgado tetap menuntut kemerdekaan langsung dari Spanyol dengan segera, sedangkan Valle masih memperhitungkan waktu dan persiapan yang lebih matang.
El Savador  merupakan salah satu negara yang tergabung dalam Captaincy of Guetemala yang terdiri dari negara-negara : Guetemala, Honduras, El Savador, Nikaragoa, dan Costarica. Kelima negara ini kemudian membentuk suatu konfederasi yang dinamakan “United Provinces Of Central America”.
El Savador memproklamasikan bersamaan dengan kemerdekaan di Amerika Tengah, yaitu pada tanggal 15 September 1821.

12.  Guatemala
Perjuangan kemerdekaan di Meksiko menggugah semangat dari negara-negara lain di kawasan Amerika Tengah. Semangat ini terpacu pada Rencana Iguala dari Jendral Iturbide (1821). Hal ini membuat orang-orang Kreol di Guetemala segera bergerak.
Pada tahun 1821, Rakyat Amerika Tengah bangun untuk memberontak kembali dibawah pimpinan Pastor Jose Simon Canas, Pastor dari Guetemala City.
Pada tanggal  15 September 1821 di kota Guetemala, diproklamasikan kemerdekaan Guatemala, dengan masih mempergunakan konstitusi Spanyol tahun 1820 sebagai dasar negara dan pemerintahan. Perancangnya adalah Cecilio del Valle. Pastor Jose Simon Canas, Pastor dari Guetemala City akhirnya menyatakan kemerdekaan Amerika Tengah di Guetemala City pada tanggal 15 September 1821.
Setelah proklamasi kemerdekaan, para patriot berselisih tentang bentuk negara. Golongan liberal menghendaki bentuk Republik, sedangkan golongan Konservatif menginginkan bentuk kekaisaran mengikuti contoh yang diberikan Jendral Iturbide di Meksiko. Ditengah-tengah perselisihan ini, Jendral Iturbide menyerang Amerika Tengah, dan ia pun dapat mengalahkan Amerika Tengah. Sehingga, karena kekalahan Amerika Tengah ini, Amerika Tengah kemudian masuk menjadi bagian dari kekuasaan Kekaisaran Meksiko. Tetapi pernyataan ini tidak bertahan lama, sebab Jendral Iturbide diturunkan dari tahta. Amerika Tengah pun memisahkan diri lagi pada tanggal 1 Juli 1823.
Pada tanggal 1 Juli inilah di proklamasikan kemerdekaan Amerika Tengah dalam bentuk “The United Provinces of Central America” yang terdiri dari lima provinsi bekas daerah jajahan Spanyol, yakni Guatemala, El Savador, Honduras, Nicaragua, dan Costarica.
13.  Kuba
Daerah koloni Spanyol terakhir di amerika Latin yang masih harus merebut kemerdekaannya adalah Cuba, “Mutiara Dari Pulai Antillen” (the pearl of the Antillles). Hal ini bkan berarti rakyat Kuba tidak ingin terbebas dari para penjajah. Namun mereka telah melakukan usaha – usaha pemberontakan pada tahun1826 – 1868 akan tetapi selalu mengalami kegagalan. Untuk melakukan pemberontakan ini Amerika Serikat memberikan kontribusi yang cukup besar dari segi pembiayaan, perlengkapan, persenjataan, dan fasilitas penggunaan wilayahnya. Pemimpin pemberontakan yang menggunakan taktik perlawanan terbuka ini diantaranya adalah jenderal Narciso Lopez (dari Venezuela), Joaquin de Aguero, dan Ramon Pinto.
Pada tahun 1868 – 1878 di kuba terjadi Perang Sepuluh Tahun yang merupakan pemberontakan rakyat Kuba terhadap Spanyol. Perang ini dilakukan ketika Ratu Elizabeth II turun tahta. Pemimpin Kuba saat itu diantaranya adalah Carlos Manuel de Cespedes, Fransisco Aguliera, Maximo Gomes, dan Jenderal Ramon Balanco. Ketika itu pemerintah Spanyol menjanjikan kemerdekaan kepada Kuba, maka rakyat Kuba meletakkan senjata. Syangnya, janji Spanyol tak kunjung ditepati. 
Akibat dari perlawanan ini semangat revolusi rakyat Kuba semakin meluap, banyak yang melarikan diri ke Amerika Serikat. Amerika Serikat melihat kekalahan Kuba juga menjadi semakin benci kepada Spanyol. Untuk itu kemudian terjadilah Revolusi 1895 yang terorganisirkan untuk melawan Spanyol. Kemudian muncul tokoh Jose Marti yang merupakan seorang penyair yang menjadi Pahlawan kemerdekaan Amerika Latin.
Dampak dari adanya Revolusi ini adalah adanya intervensi langsung dari Amerika Serikat terhadap Kuba, karena banyak penduduk Amerika Serikat di Kuba yang menjadi korban. Selain itu, maksud Amerika Serikat membantu Kuba atas dasar berikut :
1)      Menyatakan simpati terhadap perjuangan rakyat Kuba
2)      Melindungi kepentingan ekonominya di Kuba, antara lain perkebunan tembakau, perkebunan tebu, dan perkebunan buah – buahan.
3)      Menghukum Spanyol, akibat hancurnya kapal perang Amerika Serikat Maine pada tanggal 15 Februari 1898 di pelabuhan Havana, sehingga Spanyollah yang harus bertanggung jawab.
Selanjutnya Amerika Serikat menyatakan bahwa Kuba berhak untuk merdeka. Untuk itu segera Spanyol menyatakan perang terhadap amerika Serikat pada tanggal 24 April 1898 dan dibalas dengan tindakan yang sama di keesokan harinya, maka terjadilah perang resmi diantara keduanya. Amerika Serikat dengan mudah mengalahkan tentara Spanyol di Kuba, Puerto Rico, dan Philipina. Akibatnya Kuba dikuasai oleh Amerika Serikat pada 1 Januari 1899.
Dalam pendudukan ini terdapat beberapa ketentuan resmi yakni Guantanamo Bay, Bahia Honda, dan lain – lain disewagunakan kepada Amerika Serikat. Pda tanggal 20 Mei 1902, Thomas Estrada Palma diangkat sebagai Presiden pertama Republik Kuba dan penguasa militer Amerika Serikat menyerahkan kekuasaan pemerintah kepadanya.
Walaupun telah merdeka, rakyat Kuba seolah – olah “lepas dari mulut harimau masuk dalm mulut buaya” sebab :
1)      Amerika Serikat mendektekan Amandemen Platt atas konstitusi Kuba yang baru di batalkan dlam tahun 1934
2)      Amerika Serikat masih tetap mempunyai basis Angkatan Laut di Teluk Guantanamo (Kuba).



 
14.  Puerto Rico
Dalam perdamaian Paris tanggal 10 Desember 1898, Kuba dinyatakan merdeka, sedangkan Puerto Rico, Philipina dan pulau Guam dijadikan Koloni Amerika Serikat.

2.3.  Hasil Perjuangan Kemerdekaan di Amerika Latin
Perjuangan suatu bangsa dalam mencapai kemerdekaan negaranya dari bangsa kolonial sudah pasti menimbulkan berbagai dampak atau hasil dalam berbagai bidang kehidupan di negara yang dijajah dan bagi negara yang menjajah. Hal ini dapat disadari karena memang suatu penjajahan dalam suatu negara sangat mempengaruhi berbagai sendi kehidupan, yang secara pasti tentu banyak merugikan bagi bangsa yang terjajah dan menguntungkan bangsa yang menjajah. Karena merugikan bagi bangsa yang dijajah, sehingga menimbulkan banyk pergolakan atau pergerakan bangsa yang terjajah untuk mendapatkan kemerdekaan dari bangsa yang menjajah. Pergerakan tersebut dapat dibilang sebagai pergerakan kemerdekaan dengan menggunakan berbagai cara-cara tersendiri seperti perang ataupun gerakan lain yang dilakukan demi tercapainya suatu kemerdekaan.
Berikut hasil yang didapatkan dari adanya pergerakan kemerdekaan di Amerika Latin, yaitu :
1.    Bidang Politik
Banyaknya pergerakan kemerdekaan yang dilakukan di berbagai negara di Amerika Latin yang ingin terbebas dari penjajah Spanyol dan Portugis yang menjajah negara-negara di Amerika latin memiliki satu tujuan yang sama yaitu merdeka. Negara-negara di Amerika Latin melakukan berbagai banyak cara untuk memerdekakan negaranya. Perjuangan ini tidak dilakukan dalam waktu yang singkat dan telah banyak menimbulkan kerugian bagi bangsa yang melakukan pemberontakan itu sendiri. Namun, hal ini tidak terasa ketika hasil fundamental pertama yang dicapai adalah sudah pasti dalam bidang politis yaitu dicapainya Kemerdekaan.
Selain itu, secara fisis berati hasil yang dicapai bagi negara yang melakukan pergerakan kemerdekaan adalah dapat tertranslasikannya wilayah jajahan menjadi teritor nasional negara-negara yang dijajah.
Namun, pada umumnya kondisi-kondisi dinegara yang baru saja merebut kemerdekaan dari penjajah adalah sangat menyedihkan. Hal ini juga berlaku bagi negara-negara dihampir seluruh negara baru merdeka di Amerika Latin. Terbukti denagn pengalaman berpolitik yang belum ada, karena kegiatan berpolitik bagi negara-negara yang dijajah ini adalah baru dimulai pada saat masa perang kemerdekaan itu juga. Ditambah lagi dengan timbulnya perbedaan pendapat secara prinsipal mengenai arah dan tujuan pada saat mencetusnya perang.
Mengenai bentuk pemerintahan, pada negara-negara yang baru merdeka adalah banyak yang memiluh bentuk Republik, kecuali Brazil, Meksiko (awal merdeka berbentuk kekaisaran, namun kemudian berganti menjadi Republik), dan Haiti. Namun, pemilihan bentuk pemerintahan Republik tidak selalu mulus, karena masih sering terjadi banyak pertentangan antara bentuk pemerintahan mana yang lebih baik, monarkhi atau republik. Hal ini pernah dipertentangkan secara fundamental oleh tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan, seperti halnya : San Martin, Simon Bolivar, Bel Grano, Rivadavia, Sucre, Pueyrredon,dan Lucas Aleman.

2.    Bidang Sosial
Secara mental spiritual, kesadaran akan pengabdian dan kecintaan tanah air (patriotisme) mulai muncul pada jiwa rakyat dari bangsa-bangsa yang terjajah. Hal ini lambat laun mengubah dirinya menjadi suatu faham akan pentingnya nilai-nilai nasional sebagai landasan terpokok dalam kehidupan berpemerintahan sendiri (nasinalisme). Kepercayaan terhadap diri masing-masing bangsa makin tebal dan kepercayaan ini menyebar pula dalam kebudayaan, baik kebudayaan material maupun kebudayaan spiritual.
Hasil pergerakan kemerdekaan di Amerika Latin dalam bidang sosial dapat dilihat pada masyarakat Amerika Latin yang baru saja merdeka memiliki corak feodal dan aristokrat yang menyebabkan timbulnya klas-klas baru dalam masyarakat, yaitu :
a.     Klas Atas
Terdiri dari tuan-tuan tanah besar dan bangsawan gereja yang umumnya adalah orang-orang Spanyol.
b.    Klas Menengah
Terdiri dari golongan industralis dan pedagang.
c.     Klas Rendah
Terdiri dari golongan rakyat miskin, petani, penggarap tanah, pekerja/buruh kecil yang umumnya adalah orang-orang Indian.
d.    Klas baru
Klas baru ini adalah Klas yang terdiri dari dari orang-orang militer atau Caudillo yang mersa telah berjasa dalam perang-perang kemerdekaan dan menganggap dirinya juga penting dalam masa berikutnya. Kals inilah yang kemudian berkembang menjadi klas militer, yang merintis sistem kediktatoran militer atau Caudillismo di Amerika Latin, sehingga akhirnya banyak negara di Amerika Latin yang tebiasakan denga junta-junta militer.

3.    Bidang Kebudayaan
Masyarakat Amerika Latin yang baru (setelah dicapainya kemerdekaan) mulai menggali lagi nilai-nilai kebudayaan lama yang hampir punah karena penjajahan Spanyol dan Portugal, yang sketika itu disesuaikan dengan nilai-nilai modern yang disesuaikan perkembangan zaman. Meskipun pada kenyataannya, hal ini tidak semulus yang diharapkan karena masalah budaya adalah masalah yang sensitive bagi rakyat pada umumnya yang menimbulkan terjadinya pertentangan-pertentangan antara harapan dan kenyataan, antara idealisme dan realisme, antara cita-cita dan kemampuan.
Hal ini terjadi karena selama tiga abad negatra yang terjajah mengalami keterbelakangan dari negara-negara lain yang tidak mungkin dapat diselasikan dalam waktu singkat mengingat kemampuan-kemampuan manusianya yang terbatas.

4.    Bidang Ekonomi
Dalam bidang ekonomi bagi negara-negara di Amerika Latin yang baru saja mengalami kemerdekaan adalah tidak memiliki pengalaman ekonomi yang banyak, sehingga memaksa negara-negara di Amerika Latin untuk mengikat pakta-pakta perdagangan dengan Inggris dan Amerika Serikat, untuk memulihkan kembali potensi ekonomi-perdagangan (terutama pertambangan), yang banyak mengalami kerusakan pada masa perjuangan kemerdekaan.

5.    Bidang Pendidikan
Kondisi pendidikan rakyat di Amerika Latin setelah perjuangan kemerdekaan adalah rakyat tetap terbelakang dan buta huruf. Untuk mengatasi kesulitan ini diusahakan segera pendirian sekolah-sekolah, namun sayangnya hampir setiap pemerintahan baru di Amerika Latin ketika itu adalah terbentur pada soal biaya.
Pendidikan masih bersifat klasikal dan humanistis. Sistem-sistem Inggris dan Amerika Serikat berangsur-angsur mulai mengantikan sistem Spanyol dan Portugis yang sebelumnya dianut di Amerika Latin. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi masih diusahakan oleh golongan gereja, seperti halnya :
a.     Chuquisaca di Bolivia
b.    San Marcos di Peru
c.     Santa Fede Bogota di Colombia Raya
d.    Cordoba di Argentina
e.     Santiago di Chili
Selain itu, di Amerika Latin juga memiliki  tokoh pemikir yang terkenal seperti :
a.     Jose Bonifacio de Andrada e Silva (1765-1838)
b.    Andreas Bello (1781-1865). Seorang pemikir dari Brazil yang juga seorang ahli hukum , penulis, dan pendidik di Chili.
c.     Lucas Alaman (1792-1853). Seorang negarawan dan ahli sejarah Meksiko.
d.    Antonio Jose Irisarri (1786-1868) seorang ahli filologi, penulis dan penyair kelahiran Amerika Tengah.
e.     Jose Joaquin Olmedo (1780-1847) yaitu seorang penyair Ecuaddor.

6.    Bidang Keagamaan
Rakyat Amerika Latin tetap memeluk agama katolik Roma, sedangkan untuk golongan suku Indian, Negro, Meztizo, dan Mulatto adalah percampuran antara Katolisisme, penyembahan berhala, dan kepercayaan-kepercayaan tradisional.

7.    Masalah Kepemilikan Tanah
Masalah kepemilikan tanah adalah salah satu hasil dari pergerakan kemerdekaan negara-negara di Amerika Latin. Hal ini dikarenakan  masalah kepemilikan tanah selalu merupakan masalah pokok dalam mencapai keadilan sosial di Amerika Latin.  Hal ini sudah berlangsung sejak zaman penjajahan Spanyol / Portugal di kawasan Amerika Latin yang melakukan praktek-praktek oligarkhi dan nepotisme waktu itu. Seperti contohnya raja yang memberikan tanah luas kepada keluarga, kerabat, atau kenalan raja, dan juga hak waris. Sedangkan raja hanya memberikan tanah yang kecil kepada petani kecil. Penghuni tanah-tanah kecil ini adalah orang-orang Indian, yang dipekerjakan secara paksa disana dan hasilnya diberikan kepada keluarga, kerabat, atau kenalan raja, dan juga hak waris. Selain itu, gereja juga diberi tanah yang luas bauk di desa mupun dikota, sehingga siapapun yang ingin tinggal ditanah tersebut harus membayar sewa kepada gereja. Para pendeta gereja adalah umumnya orang Spanyol.
Dibanyak negara di Amerika Latin, masalah tanah inilah yang seringkali menyebabkan  revolusi atau pergolakan didalam negeri.

8.    Munculnya Revolusi-revolusi dalam negeri atau perang saudara di Amerika Latin.
Munculnya Revolusi-revolusi ataupun perang saudara di Amerika Latin adalah diawali dari permasalahan tanah juga dar keadaan dalam Amerika Latin yang masih mengalami masa-masa suram pasca memperoleh kemerdekaan.
Revolusi-revolusi yang mucul di Amerika Latin adalah :
a.     Revolusi pada masa Republik dan Gerakan Pembaharuan (1822-1875) di Meksiko
Meksiko mengalami pergolakan antara golongan pro-raja, konservatif, dan sentralis melawan golongan Republik, liberalis, dan federalis. Dalam pergolakan ini, terjadi intervensi langsung dari Amerika Serikat. Hal ini membuat Meksiko kalah dan berakibat dilepaskannya daerah Texas kepada Amerika Serikat.
b.    Revolusi Meksiko (1910-1920)
Revolusi ini terjadi pada dua tahap, yaitu :
- Tahap Pertama (1910-1916) yang bertujuan untuk menggulingkan sistem kediktatoran Presiden Porfirio Diaz dan menyusun Konstitusi.
- Tahap Kedua (1917-1920) yang merupakan tahap konsolidasi hasil-hasil revolusi dan pelaksanaan konstitusi.
c.  Pergoalakan di Amerika Tengah darigolongan liberal melawan golongan konservatif mengenai masalah-maslah Konfederasi. Akhirnya bentuk konfederasi ditinggalkan mualai tahun 1844, dan masing-masing negara menjadi berdiri sendiri-sendiri.
d.   Perang Saudara di Colombia Raya anatar golongan konservatif dan liberal, antara mereka yang ingin bentuk Republik kontra yang mencintai monarkhi. Dalam tahun 1831, Colombia Raya mencair kembali menjadi 3 negara : Colombia, Venezuela, dan Equador.
e.  Pergolakan-pergolakan dalam negeri dan perang-perang saudara antara golongan Konservatif melawan golongan liberal, golongan republik melawan golongan monarkhi, golongan federalis melawan sentralis yang terjadi di Venezuela pada tahun 1835 sampai tahun 1900’an.
f.  Masalah pembagian kekayaan yang tidak merata (terutama masalah kepemilikan tanah) yang terjadi di Argentian semakin meruwetkan situasi di Amerika Latin.
Dari banyaknya masalah-masalah ini, membuktikan bahwa Amerika Latin masih memerlukan waktu yang panjang untuk mengkonsolidasikan hasil-hasil perang kemerdekaan dan hasil-hasil revolusinya.

2.3.1.      Nasionalisme dan Regionalisme
Jiwa-jiwa nasionalisme pada rakyat di Amerika Latin sudah muncul smenjak adanya perjuangan rakyat untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajahan Spanyol, Portugal, dan Perancis yang menjajah negara-negara di Amerika Latin.  Semangat-semangat nasionalisme ini semakin tumbuh pada masa-masa perang saudara dan revolusi. Nasionalisme ini bertambah tumbuh seiring dengan berhasilnya konsolidasi hasil-hasil revolusi.
Faktor-faktor pendorong terjadinya Revolusi tersebut adalah :
1.    Faktor Penjajahan Spanyol
Penjajahan oleh bangsa Spanyol di Amerika Latin ini merupakan faktor terpokok, karena penjajahan yang dilakukan bansa Spanyol ini berlangsung selama tiga abad lamanya. Berjuang melawan penjajah asing merupakan tindakan yang patriotik dan revolusioner. Patriotisme inilah yang lambat laun masuk kedalah paham tentang pentingnya bangsa, eksisitensi bangsa, jiwa dan tujuan perjuangan bangsa, dan nasionalisme. Bahkan Spanyol sendirilah yang ikut menumbuhkan jiwa nasionalisme rakyat di Amerika Latin. Hal ini dikarenakan dalam waktu yang lama setelah tercapainya kemerdekaan bekas daerah jajahan Spanyol, Spanyol tetap enggan mengakui kemerdekaan negara-negara jajahannya. Sedangkan Portugal yang menjajah Brazil sudah mengakui kemerdekaan Brazil apa tahun 1825, begitu pula dengan Prancis yang mengakui kemerdekaan Haiti pada tahun yang sama 1825.
2.    Pemerasan yang dilakukan Gereja
Pemerasan ini dilakukan oleh gereja kepada rakyat menyangkut masalah tanah dan kekayaan negara, serta pememrasan dalam pengkristenan golongan rendah dari lapisan masyarakat (terutama orang-orang Indian). Pengkristenan ini dilakukan oleh pendeta-pendeta gereja yang merupakan orang-orang Spanyol. Hal ini dianggap pemerasan oleh rakyat yang dilakukan oleh orang-orang Spanyol dan pemerintahan Spanyol diseberang lautan. Orang-orang Spanyol ini menganut sistem katolisisme Roma yang berpusat di Italia, dan hierarki gereja yang dibawa oleh orang-orang Spanyol. Hal ini menyebabkan bertambah tajamnya perbedaan klas-klas sosial yang telah ada.
3.    Intervensi Asing
Pada masa-masa perang kemerdekaan dan perang saudara serta revolusi, sebenarnya merupakan duplikasi dalam bentuk mini atas kedatangan bangsa asing ke Ameria Latin lagi antara tahun 1585- 1700. Salah satu contohnya adalah intervensi yang dilakukan oleh Amerika Serikat pada perang saudara di Meksiko. Hal ini pun mendapat sambutan keras dari dari rakyat Amerika Latin, sehingga presiden Amerika Serikat ketika itu langsung mengeluarkan amanatnya pada kongres Amerika Serikat pada tanggal 2 Desember 1823. Presiden Monroe menyatakan bahwa setiap campur tangan negara-negara Eropa terhadap negara-negara yang baru merdeka dikawasan Amerika, akan dipandang sebagai tindakan yang tidak bersahabat terhadap Amerika Serikat. Pernyataan ini yang kemudian dikenal dengan ‘Doktrin Monroe’ yang semula bersifat defentif, tetapi pada prakteknya dipraktekkan terlalu jauh oleh Amerika Serikat, bahkan terbukti bawa negara ini melakukan intervensi fisik secara langsung terhadap persoalan negara-negara di Amerika Latin.
4.    Kekhawatiran terhadap pengaruh asing
Kekhawatiran ini mulai timbul setelah selesainya perang kemerdekaan. Hal ini beriringan dengan meluasnya perdagangan di Amerika Serikat dan Inggris. Hal inilah yang memicu kekhawatiran bangsa-bangsa di Amerika Latin tehadap pengaruh asing, mula-mula dibidang ekonomi, perdagangan dan investasi modal asing di sektor perindustrian, kemudian menjurus lebih lanjut kepada kekhawatiran tentang pengaruh nilai-nilai kebudayaan bangsa asing. Kekhawatiran ini banyak ditunjukan oleh orang-orang terkemuka di Amerika Latin, sperti Jose Marti (1853-1895), dan Jose Enrique Rodo (1872-1917).



 
5.    Faktor Nasional
Faktor ini merupakan faktor yang inheren dalam masyarakat Amerika Latin sendiri, hal ini dikerenakan pada umumnya corak masyarakat Amerika Latin adalah paternalistis. Ikatan keluarga dirasakan sangat kuat disana, baik didesa maupun dikota, dikalangan masyarakat rendah maupun dikalangan lapisan elite modern. Bukti nyata dari kuatnya rasa kekeluargaan ini adalah fungsi “bapak” yang sangat menonjol pada kehidupan keluarga, bukan hanya sebagai seorang pelindung, tetapi juga sebagai seorang “laki-laki”, dan seorang laki-laki dalam “ideal type”. Amerika Latin harus mempunyai sifat dan bersikap laki-laki, bersifat dan bersikap jantan, atau macho. Figur bapak ini kemudian dibawa sampai ke lingkungan sosial-politik, hal ini menyebabkan timbulnya  “personality politics” dengan bapakisme pemimpinisme.
Bagi banga Amerika  Latin, seorang pemimpin dinilai dari hubungan antara-manusia daripada hubungan antar-persoalan. Seorang pemimpin harus pula bersifat berani dan jantan. Kejantanan mengusir penjajah, berkelahi, dan bertempur merupakan atribut dari pahlawan nasional, juga atribut dari nasionalisme.
Selain jiwa nasionalisme yang begitu tinggi merasukj pada jiwa rakyat dan pemimpin-pemimpin di Amerika Latin, mereka juga memerlukan koordinasi dan persatuan antar negara-negara di Amerika Latin sendiri. Hal yang diperlukan adalah Regionalisme, regionalisme sangat dibutuhkan untuk membina kawasan Amerika Latin. Faktor-faktor yang melatar belakangi timbul dan berkembangnya regionalisme di Amerika Latin adalah :
1.    Faktor Intern
Karena negara-negara di Amerika Latin memandang perlu adanya kerja sama kawasan (regional cooperation) untuk bersama-sama mengkonsolidasikan hasil-hasil perang kemerdekaan dan revolusi. Mereka juga memandang penting pula adanya kerjasama dalam membangun masyarakat Amerika Latin, walaupun masing-masing pemerintah akan menetapkan polanya sendiri.



 
2.    Faktor Ekstern
Masyarakat Amerika Latin melihat adanya bahaya yang mengancam, baik yang berupa intervensi fisik maupun intervensi politik yang kasar, maupun yang berupa penetrasi sosial, ekonomis dan kultural, serta bentuk-bentuk baru dari subversi asing yang lebih halus ramifikasinya.

2.3.2.      Fungsi Militer dan Militerisme
Golongan militer merupakan faktor dinamisasi (bahkan faktor pendobrak) yang sangat menentukan dlam perjuangan melawan penjajah. Setelah perjuangan kemerdekaan selesai, mereka mengatur dirinya dalam organisasi – organisasi militer yang lebih sempurna. Setelah perang kemerdekaan yang dilanjutkan revolusi, atau perang saudara dalam negeri, golongan militer “military elite” merupakan satu – satunya golongan yang keluar dari kesulitan dengan organisasi dan disiplin yang jauh lebih baik dibanding dengan golongan politik atau partai – partai politik.
Semula, semua golongan militer di Amerika Latin berkeinginan langsung untuk memainkan fungsi politiknya pula. Namun setelah melalui beberapa kesulitan, akhirnya fungsi politik golongan militer dapat berangsur – angsur berubah menjadi fungsi militer professional hingga sekarang. Timbullah profesionalisme militer yang sekarang ada di Meksiko, dimana kekuasaan pemerintahan berada di tangan kekuatan sipil dan kekuasaan militer hanya merupakan unsur pembantu keamanan kepolisian.
Namun berbeda dengan Negara – Negara di Amerika Latin lainnya. Mereka berkeinginan terus mempertahankan politiknya di sektor – sektor social – politik tanpa melepaskan kedudukan dan fungsinya sebagai militer. Intervensi militer ini memiliki beberapa motivasi diantaranya :
1.      Motif politik, yakni rasa tanggung jawab untuk mengatasi suatu kemacetan politik yang disebabkan oleh pergolakan dari partai – partai politik.
2.      Motif ekonomis, yaitu ingin menyelamatkan bangsa dari kehancuran  ekonomi. Bahkan ada pula yang menggunakan motif ekonomis-materiil untuk kepentingan pribadi.
3.      Didukung golongan sipil yang memiliki kepentingan ekonomis-materiil tertentu, karena bila mereka yang melakukannya sendiri, dirasa kurang kuat.
4.      Suatu tradisi, yakni tradisi adanya intervansi militer atau coup – coup militer di Amerika Latin. Coup ini dimulai dengan telepon dari jenderal infanteri kepada menteri pertahanan bahwa ia akan melakukan coup dan memerlukan dukungan dari menteri. Menteri pura – pura tidak tahu, tapi memberikan bantuan. Kemudian terjadi tembak menembak di istana, Presiden ditahan, terjadi perubahan kabinet atau dibentuk junta militer. Si menteri tetap selamat dan jederal pemberontakpun naik panggung pemerintahan dan terjadilah pembagian rejeki.
Coup ini masih diterima masyarakat  sebagai salah satu cara untuk melakukan perubahan politik secara drastis sebab :
1)      Rakyatpun telah terbiasa, seolah – olah merupakan tradisi.
2)      Golongan militer memilki akar yang sangat kuat dalam masyarakat, karena tanpa dukungan mereka coup tidak akan berhasil.
3)      Di kalangan masyarakat luas ada pandangan bahwa golongan militer adalah pengemban cita – cita nasional yang murni, pengemban nasionalisme dan patriotism, hingga entah bagaimana mereka perlu didukung.
4)      Rakyat yang umumnya melihat golongan militer sebagai suati “kubu terhadap ancaman Komunisme”.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa militerisme Amerika Latin mula – mula mengambil bentuk militerisme dari suatu Negara-kepolisian, di mana golongan militer dipergunakan oleh pemerintah untuk menghancurkan golongan anti-pemerintah. Namun lambat laun timbul bentuk – bentuk baru yakni :
a.       Militerisme fasis
Dengan timbulnya Fasisme Italia dan Naziisme Jerman, pengaruhnya menjalar pula ke Amerika Latin, dan mulai memasuki tubuh Angkatan Perang. Hal ini terjadi di kalangan militer Bolivia, Brasil dan Argentina.
b.      Militerisme tenokrat
Didukung oleh perwira – perwira muda yang maju karena hasil pendidikan luar negeri, terutama dari Amerika Serikat
Militerisme di Amerika Latin lebih mirip dengan apa yang ada di Spanyol, karena kesamaan sejarah. Militerisme Amerika Latin lahir dalam keadaan dimana rakyat tidak memilki sarana untuk menyalurkan tuntutan politik dan timbulnya oligharki dalam pemilikan tanah, yang memaksa golongan militer tampil ke depan melalui seorang caudillo, yakni seorang pemimpin/diktator militer yang memaksakan kehendaknya terhadap rakyat dalam mencapai ketertiban umum dalam abad 19 dan awal abad 20.
Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua macam lembaga militer, yakni :
a)      Bersifat politis, yakni dimana golongan militer memandang dirinya juga berfungsi politik dalam arti baik secara langsung maupun tidak langsung ikut dalam proses penentuan kebijaksanaan politik bangsa.
b)      Bersifat professional, yakni golongan iliter dibatasi hanya pada profesi militer teknis dan tunduk pada pemerintahan atau pimpinan politik golongan sipil. Seperti Meksiko yang telah memiliki militer bersifat professional.
Sedangkan untuk Angakatan Perang di Amerika Latin terdiri dari beberapa macam. Ada yang memiliki hanya dua structural yakni Angkatan Perang tetap dan kekuatan para militer yang keduanya dibawah pengawasan pemerintah. Kemudian ada pula yang memiliki tiga pola, yakni ditambah dengan “private army” yang dibiayai atau diorganisasikan oleh tuan – tuan tanah besar atau pejabat tinggi. Serta ada yang berpola empat, dengan tambahan pasuka gerilya, baik yang berada di bawah pengawasan pemerintah, maupun mereka yang berada di luarnya.
Satu – satunya yang tidak mempunyai Angkatan Perang adalah Costa Rica (sejak 1948), sedang Panama walaupun juga tidak memilki, tapi masih mempunyai “Nationl guard” dan golongan tersebut besar peranannya dalam penentuan kebijaksanaan pemerintah.



BAB 3. PENUTUP
 


3.1.   Kesimpulan
Gerakan kemerdekaan di Amerika Latin didasari atas kekecewaan rakyat terhadap tindakan penjajah Spanyol dan Portugal. Mereka dipaksa untuk membayar pajak tinggi, bekerja keras, dan tidak mendapat pendidikan. Akhirnya rakyat menolak dengan beberapa perlawanan di masing – masing daerah koloni. Rasa Nasionalisme mulai muncul saat masa perjuangan kemerdekaan dan berkembang ketika setelah kemerdekaan. Akan tetapi setelah kemerdekaan,
Setelah Perang Kemerdekaan, Amerika Latin mengalamai perubahan dalam berbagai bidang, seperti bidang politik, sosial, kebudayaan, ekonomi, keagamaan, pendidikan, dan kepemilikan tanah.


















DAFTAR PUSTAKA

Mukmin, Hidayat. 1980. Pergolakan di Amerika Latin dalam Dasawarsa Ini. Jakarta: Ghalia Indonesia
http://wwwbebaskanpikiran.blogspot.com/2010/01/dinamika-amerika-latin.html



2 komentar:

  1. Argentina berhasil merdeka dari Spanyol akibat melemahnya Spanyol dalam perang lawan Inggris

    BalasHapus
  2. Best Casino Games in Uganda | Get 125 Free Spins
    Discover the best 벳 센세이션 gambling games in the world, and discover a range of 가상 화폐 란 great entertainment! 도박장구인 Sign up now to get your 사설사이트 sign 램 슬롯 순서 up bonus and discover the

    BalasHapus